Dalam sebuah bukunya berjudul Strawberry Generation, Reynald Kasali (2017:235) menangkap sebuah fenomena yang cukup memprihatinkan dikalangan generasi Z, yakni generasi yang gampang loyo. Ketangguhannya dalam menghadapi tantangan berbanding terbalik dengan penampilannya yang cantik. Di namakan strawberry generation karena secara imajiner wujudnya seperti strawberry yaitu indah, menawan, tapi sekaligus mudah rapuh. Strawberry dengan warna merahnya yang segar dan cantik tidak bisa bertahan lama. Sedikit benturan pada kulit cantiknya membuatnya bonyok. Ada beberapa latar belakang yang membentuk generasi berkarakter seperti ini. Menurut Tapscot (2008), anak-anak yang disebut generasi Z dilahirkan di era 1998 hingga tahun 2009. Anak-anak ini juga disebut sebagai anak-anak teknologi. Mereka disebut generasi Z karena saat mereka lahir, teknologi informasi dan komunikasi sedang berkembang dengan sangat cepat. Televisi, handphone, hingga komputer sudah ada saat anak-anak tersebut lahir. Wujud yang indah tersebut karena hampir semua anak saat ini memiliki telepon pintar dan di dalam telepon pintar tersebut dilengkapi akses untuk menjangkau internet. Jaringan 3G hingga 4G semakin dipermudah dan terus menerus diperbaharui oleh pemerintah. Akses tersebut memudahkan mereka mengunduh dan mencari berbagai informasi yang diinginkan. Kemudahan yang tersedia membentuk generasi ini tidak terbiasa dengan tantangan dan kesulitan dalam hidup.
Berdasarkan hasil survei Alvara Research Center yang dilakukan terhadap 1529 responden di 34 provinsi seluruh Indonesia pada Maret 2022, ditemukan bahwa generasi Z menjadi generasi yang mudah cemas dan stres. Bahkan, tingkat kecemasan dari generasi kelahiran 1997-2012 ini menjadi yang paling tinggi dibandingkan kelompok usia lainnya. Ada 28,3% responden dari generasi Z yang mengaku cemas. Rinciannya, sebanyak 23,3% merasa cemas dan 5 % lainnya sangat cemas. Menurut Alvara, tingginya tingkat kecemasan generasi Z karena mereka belum memiliki banyak pengalaman dalam menghadapi tekanan. Ini berbeda dengan generasi pendahulunya, seperti generasi X dan milenial. Atas dasar itu, wajar jika generasi Z mudah berpindah-pindah kerja. Mereka akan mencari lingkungn kerja yang cenderung nyaman dan tidak memiliki tekanan tinggi.
Metode Terapi dan Pendampingan Pastoral untuk Anak dapat dibaca di bawah ini dan diunduh di sini.