Webinar: Membangun Kesadaran dan Menghidupi Dunia Digital Ministry

4 October 2023

Pelayan Harian Majelis Agung melalui Humas GKJW mengadakan webinar bertemakan “Membangun Kesadaran dan Menghidupi Dunia Digital Ministry” bagi para pendeta, vikar, dan satu orang utusan masing-masing Majelis Daerah. Kegiatan webinar tersebut dilaksanakan pada hari Senin, 2 Oktober 2023.

Narasumber dalam kegiatan ini adalah Dr. Leonard Chrysostomos Epafras, seorang Faculty, Periset dan Instruktur training di Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) Universitas Gadjah Mada – Yogyakarta.

Dalam pemaparannya, Dr. Leonard menyampaikan bahwa hadir dan berkembangnya teknologi digital memberi pengaruh signifikan bagi kehidupan manusia sehingga dapat dikatakan bahwa saat ini setiap orang dipaksa masuk dalam era V.U.C.A, yang memiliki pengertian:

1. Volatility: realitas modern yang dinamis dan arus informasi yang begitu cepat berubah dan berkembang), 2. Uncertainty (Ketidakpastian isi informasi yang bisa berbahaya jika tidak dicermati dan disikapi dengan tepat atau yang biasa disebut sebagai HOAX), 3. Complexity  (Suatu keadaan yang rumit, tidak bisa disikapi dengan terburu-buru sebab berpengaruh terhadap banyak keadaan yang lainnya), 4. Ambiguity  (Muncul berbagai macam informasi pada satu peristiwa yang sama, sehingga berpotensi memunculkan bias dan keragu-raguan pada pengambilan sikap).

Maka setiap orang, utamanya gereja diajak untuk mampu mengambil sikap etis atas situasi ini. Ketika Gereja memilih untuk berjarak dengan perkembangan jaman pada era digital saat ini, pilihan itu hanya akan membuat keberadaan gereja menjadi terasing di tengah dunianya berada. Demikian pula sebaliknya, ketika gereja memilih terlalu larut dengan segala perubahan yang ada, maka gereja pun akan dapat kehilangan kesejatian nilai-nilai dan identitas dirinya sebagai suatu lembaga yang menaungi persekutuan orang-orang percaya.

Harapannya, Gereja dapat mengembangkan diri dalam melaksanakan panggilannya dengan memanfaatkan segala fasilitas digital yang ada, mulai dari platform media sosial untuk menyampaikan pesan-pesan religiusitas sampai dengan pengelolaan database digital di lingkup Jemaat, Klasis/Daerah, maupun Sinode/Majelis Agung. Dengan pengelolaan database yang senantiasa update, pemetaan akan kondisi real jemaatpun dapat terekam, maka di sana akan dimungkinkan lahirnya model pelayanan yang benar-benar berbasis data.

Dr. Leonard pun menambahkan beberapa poin penting apa yang harus diperhatikan ketika kita masuk dan hidup di era digital saat ini: pertama, setiap orang harus mampu berhati-hati dengan masalah privasi, baik itu privasi diri sendiri maupun privasi orang lain. Kedua, ketika ingin mengungkapkan sebuah keresahan tentang suatu keadaan di media sosial, hendaknya ungkapan keresahan itu juga didasari dengan kemampuan membedakan manakah itu “ngritik”, “nyinyir”, dan “ngintrik”, karena setiap ungkapan keresahan itu mampu membawa persepsi setiap pembaca pada dimensi penilaian tertentu.

“Karena jejak digital itu kejam”, demikian diungkapkan Dr. Leonard. Tanpa kehati-hatian hidup di dunia digital, terutama berkaitan dengan privasi dan mengungkapkan keresahan di media sosial, hal itu dapat membawa dampak kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain. Pada bagian akhir beliau pun mengingatkan akan keberadaan UU IT yang mengatur transaksi elektronik setiap penggunanya.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak