Seperti sebuah lagu yang memiliki satu nada saja, tidak enak untuk didengar. Tetapi jika digabungkan akan menjadi harmoni seperti paduan suara yang indah. Begitulah cara kreatif Pdt. Teguh Pylan Jaya saat memimpin ibadah pembukaan dalam kegiatan bersama Gathering Intergenerasi MD Surabaya Timur I (Sabtu, 10/8/2024). Ia memberikan tugas menyanyi dalam satu nada pada setiap kategori komisi. Baru kemudian digabungkan bersama. Lagu “Happy ya ya ya… Happy ye ye ye...” jadi nampak terasa bedanya. Dari yang monoton menjadi kesatuan nada yang berwarna-warni.
Bertempat di GKJW Sukolilo, sekitar 200 orang hadir dalam kegiatan bertajuk “Rumah Manis Bersama” ini. Lengkap ada 11 jemaat, dan mereka mengikutsertakan perwakilan kelompok kategorialnya. Mulai KPAR (termasuk pamong), KPPM, KPPW, dan KPAY.
Intergenerasi, apakah itu?
Dengan mendasari dari bacaan Roma 12:4-5, pendeta asal Bangkalan ini menerangkan pengertian kata “Kita”. Siapa, yaitu setiap umat percaya yang ada dalam suatu persekutuan/gereja/jemaat. Semua anggota (anak, pemuda, wanita, adiyuswa) saling terhubung, terintergenerasi demi terwujudnya suatu tubuh Kristus yang utuh. Intergenerasi bukan sekadar perkumpulan dan kehadiran semua unsur dalam satu waktu bersama. Tetapi bagaimana setiap unsur mendapatkan perhatian, dipertimbangkan dan dilibatkan, demi kelangsungan hidup bersama. “Jadi bukan sekadar ada, tapi ikut mewarnai di dalamnya.”
Menguatkan hal ini, pembahasan pada sesi kelas yang dibagi menjadi 2 kelompok besar, juga memperjelas pemaknaan tersebut. Pada kelas KPAR dan KPPW yang menghadirkan narasumber Pdt. Kristyanti Retno Wahyuni, dengan interaktif memberikan panduan terhadap tujuan adanya intergenerasi yang kini digaungkan oleh GKJW. “Intergenerasi bukan sekadar setiap orang bisa hadir dan berkumpul bersama. Tetapi dari kehadiran itu, suara yang berbeda dari setiap orang bisa dihargai secara seimbang. Tidak ada dominasi dari kelompok tertentu. Semua merasa saling membutuhkan,” terang pendeta asal Bondowoso yang menjadi Pembantu Umum PHMA ini menjelaskan. Intergenerasi adalah warisan dari karya Yesus dan para rasul. Intergenerasi adalah sebuah kesatuan, yang di GKJW tertuang dalam semboyannya, “Patunggilan kang Nyawiji.” Kesadaran intergenerasi amat penting dalam berjalannya organisasi. Dalam kemajelisan misalnya, bila dapat diisi oleh berbagai jenjang usia, maka regenerasi itu bisa dikatakan berjalan dengan baik.
Sementara di kelas KPPM dan KPAY yang dipimpin Pdt. Gideon Hendro Buwono, juga menekankan pentingnya komunikasi bersama. Bisa merangkul, mendengar dan memahami bersama. “Intergenerasi bukan sekadar acara kumpulnya. Jane indah sekali kalau di gereja, kita bisa ngobrol bareng. Semoga dengan acara seperti ini bisa menginisiasi. Bahwa yang muda dan yang tua mau dan bisa saling mendengarkan. Sebab kalau sekadar selera tidak akan ketemu,” kata direktur IPTh. Balewiyata ini menjelaskan.
Kebersamaan yang dibangun ini, tergambar di saat sesi games (permainan outdoor) sebelumnya yang berlangsung di halaman luar gedung gereja. Masing-masing peserta dibagi dalam beberapa kelompok kecil lintas kategorial dan jemaat. Aneka macam permainan diadakan. Mulai dari konsentrasi secara pribadi untuk mendengarkan aba-aba perintah, juga kekompakan dalam tim. “Tampaknya memang mereka rindu untuk bisa bertemu bersama seperti ini lagi, setelah pandemi,” ujar Pdt. Abednego Adi Nugroho, Sekretaris MD ST I.
Semoga kebersamaan kegiatan intergenerasi ini dapat ditularkan ke jemaat masing-masing. Mengambil manfaat dan pesan penting di dalamnya. Sampai jumpa lagi…
Naskah: Hendra Setiawan
Foto: Rachel (Sidotopo), Yohan (Mulyosari)