Suasana Ibadah Minggu GKJW Jemaat Pare pada 17 Maret 2024 menjadi terasa berbeda daripada ibadah yang dilakukan pada hari-hari Minggu biasanya. Hal itu dapat terjadi karena tepat pada hari itu Pdt. Musa Semuel Hurulean, S.Th. yang selama ini melayani sebagai pendeta baku di sana telah memasuki masa purna tugas sebagai pendeta aktif Greja Kristen Jawi Wetan.
Pelaksanaan Ibadah emeritasi tersebut dilayani oleh Ketua Majelis Agung GKJW, Pdt. Natael Hermawan Prianto, MBA. Dalam ibadah dan prosesi tersebut juga dibacakan, serta diserahkan Surat Keputusan emiritasi Pdt. Musa Semuel Hurulean oleh Pelayan Harian Majelis Agung.
Pada momen yang penuh makna itu seluruh pendeta di lingkup pelayanan Majelis Daerah, penatua, diaken, dan warga jemaat yang hadir turut mendoakan dengan kesungguhan iman agar dalam menjalani masa emeritasinya, Pdt. Musa Semuel Hurulean dapat senantiasa dilimpahi penyertaan Tuhan Yesus.
Pdt. Musa Semuel Hurulean dilahirkan di Kota Tual (Maluku) pada tanggal 17 Maret 1964. Setelah menyelesaikan pendidikan Strata I Fakultas Teologi di Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) pada tahun 1990, beliau kemudian menjalani serangkaian proses kependetaan dan ditahbiskan menjadi seorang pendeta di Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) yang berpusat di Ambon, Maluku.
Oleh karena suatu alasan, beliau dituntun Tuhan untuk menjadi bagian dari keluarga besar Greja Kristen Jawi Wetan dan melayani sebagai pendeta di dalamnya. Selama kurang lebih delapan tahun lamanya beliau berproses, hingga akhirnya beliau dinyatakan diterima sebagai pendeta di Greja Kristen Jawi Wetan melalui proses sidang yang digelar di GKJW Jemaat Madiun Lor pada tahun 2006.
Tempat tugas pelayanan pertama beliau adalah di GKJW Jemaat Segaran (MD Kediri Selatan) pada tahun 2006-2016. Kemudian tugas pelayanan yang kedua adalah di GKJW Jemaat Pare (MD Kediri Utara II) mulai tahun 2016 sampai tiba masa emeritasinya pada tahun 2024. Selama kurang lebih 17 tahun lamanya Pdt. Musa Semuel Huruluan melayani sebagai seorang pendeta di GKJW.
Dalam kotbah bungsunya yang didasarkan pada Lukas 17:7-10, Pdt. Musa Semuel Hurulean menyampaikan bahwa sebagai seorang hamba, dia haruslah memiliki sikap yang rendah hati dan selalu siap sedia dalam melaksanakan tugas yang dikehendaki oleh Tuannya.
Dalam mengerjakan tugas, seringkali seorang hamba diperhadapkan dengan berbagai macam tantangan, baik itu tantangan dalam dirinya sendiri maupun tantangan dari luar. Ada kalanya hamba itu menginginkan pujian, ada kalanya hamba itu larut dalam emosional ketika merasa tidak dihargai, atau ada kalanya hamba itu memilih bersikap pasif dalam zona nyamannya. Tetapi hanya hamba yang baik yang tahu menempatkan diri dan tahu apa yang menjadi tujuan dari Tuannya itu.
Demikianlah Pdt. Musa Semuel Hurulean merefleksikan perjalanan pelayanannya sebagai seorang pendeta yang adalah hamba Tuhan. Tuhan sebagai tuan dari hamba itu sudah sangat baik dalam memperlengkapi dan memampukan hambanya untuk dapat melakukan tugas-tugasnya itu. “Saya adalah hamba yang tak berguna, saya hanya bisa melakukan apa yang bisa saya lakukan bagi Tuhan dan kemuliaan-Nya. Selebihnya Tuhan akan menyempurnakannya sendiri”, sepenggal kalimat penutup kotbah yang disampaikan Pdr. Musa.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, meskipun seorang pendeta sudah memasuki masa purna tugas (emeritasi) secara kelembagaan, namun status kependetaannya tetap melekat. Dalam hal ini, Pdt. Em. Musa Semuel Hurulen, S.Th. masih dapat ikut ambil bagian dalam pelayanan gerejawi, termasuk dalam pelayananan sakramen. Karena masa emeritasi adalah masa bagi seorang pendeta dilepaskan dari jabatan struktural, namun tetap memiliki peran sebagai pendeta fungsional. Hal ini sesuai dengan Tata dan Pranata GKJW tentang jabatan-jabatan khusus.
Video ibadah emeritasi Pdt. Musa Semuel Hurulean dapat diikuti diatas