Pemuda Sinau Kebencanaan
Riuh rendah tetiba memecah suasana halaman gereja GKJW Jemaat Blitar Pepanthan Kampunganyar pada sore tanggal 9 November 2024. Halaman gereja yang biasanya lengang tetiba dan pasti berubah menjadi ramai karena ada kegiatan pemuda GKJW Jemaat Blitar yang berkolaborasi dengan Relawan Tanggul Bencana MD Kediri Selatan. Rencananya, acara ini akan dilakukan sejak tanggal 9-10 November 2024. Bertajuk “Pemuda Pahlawan Peduli Lingkungan” maka acara ini memang ditujukan bagi peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November. Acara ini sengaja berkolaborasi dengan Relawan Tanggul Bencana Majelis Daerah Kediri Selatan didasarkan kepada kesadaran bersama bahwa panggilan jiwa kepahlawanan hari ini musti dapat diaktualialisasikan secara nyata melalui kepedulian kepada alam semesta. Jika peringatan Hari Pahlawan terjadi karena semangat patriotisme memerdekakan bangsa dari penjajah yang menindas maka jiwa patriotisme masa kini adalah menyelamatkan alam yang terus mengalami kerusakan dan rawan melahirkan bencana yang mengyengsarakan manusia.
Di sisi lain kegiatan bersama Relawan Tanggul Bencana ini merupakan kegiatan memperkuat relasi kemanusiaan dengan meningkatkan solidaritas melalui kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan lembaga non-pemerintah dalam merencanakan dan melaksanakan tindakan pencegahan, serta memberikan dukungan kepada korban bencana. Ketika kita berkeinginan untuk berkontribusi dalam upaya penanggulangan bencana, tidaklah diperlukan suatu pengesahan resmi, melainkan harus didasari oleh niat yang tulus hati. Hal ini disebabkan bahwa bencana dapat menimpa siapa saja dan dimana sajasehingga dibutuhkan kepedulian.
Ketua Pokja Tanggul Bencana MD Kediri Selatan Bp. Erwin Ririh Budianto menjelaskan bahwa lingkup pelayanan dalam penanggulangan bencana mencakup tiga fase yang krusial yaitu sebelum terjadinya bencana, saat bencana berlangsung, dan setelah bencana terjadi. Pada fase pra-bencana, penting bagi kita untuk mengidentifikasi titik-titik yang berpotensi menjadi fokus dalam kesiap-siagaan dan ketanggapan, melalui edukasi dan pelatihan yang memadai. Saat bencana terjadi, semangat tanggap darurat harus diutamakan dengan respon yang cepat dan efektif. Sedangkan pada fase pasca-bencana, kita harus siap untuk melakukan pemulihan dengan sigap dan selalu siap sedia. Demikian paparan materi yang disampaikan oleh Bp. Erwin Ririh Budianto yang akrab dipanggil dengan panggilan Mas Eeng ini.
Sebelum paparan materi yang disampaikan oleh ketua Tanggul Bencana MD Kediri Selatan tersebut, acara ini diawali dengan ibadah singkat yang dipandu oleh Pdt. Eko Adi Kustanto yang merupakan pendeta baku di GKJW Jemaat Blitar. Sebelum memulai renungannya, Pdt Eko Adi Kustanto atau yang akrab dipanggil Pak Totok ini memperkenalkan wilayah GKJW Jemaat Blitar yang salah satunya adalah pepanthan Kampunganyar yang terletak di lereng bagian Selatan Gunung Kelud ini. Pdt. Totok menyampaikan alasan khusus terkait dengan pemilihan pepanthan Kampunganyar sebagai tempat kegiatan yaitu supaya pemuda GKJW Jemaat Blitar juga mengenali wilayah pelayanan GKJW Jemaat Blitar sekaligus bertatap muka dengan warga jemaat yang ada diwilayah pepanthan ini. Jarak dari induk GKJW Jemaat Blitar yang beralamat di Jalan Sumatera no 57 Kota Blitar ke Pepanthan Kampungnayar adalah 20 Km. Selain alasan internal jemaat tersebut ada juga alasan lain bahwa di wilayah Kampunganyar terdapat sumber mata air yang memasok kebutuahan air bagi 3 wilayah yaitu desa Penataran, desa Sumberasri dan desa Kedawung. Oleh sebab itu harapannya materi yang berkaitan semangat kerelawanan terhadap bencana dapat diaplikasikan dalam kaitannya dengan kegiatan konservasi sumber air dengan cara menanam pohon.
Adapun dalam renungan yang disampaikan Pdt. Totok mendasarkan diri kepada bacaan Injil Matius 25:35-40. Pokok pesan yang disampaikan adalah: pertama tindakan kasih dan kepedulian terhadap sesama, terutama kepada mereka yang membutuhkan, merupakan bentuk pelayanan kepada Tuhan. Ayat-ayat ini mengajarkan bahwa setiap kali kita membantu orang lain sebenarnya sedang melayani Kristus sendiri. Dengan demikian, tindakan-tindakan kecil yang kita lakukan untuk orang lain memiliki makna yang besar dalam konteks iman dan hubungan kita dengan Tuhan. Kedua, tindakan membantu orang lain tersebut mustilah menjadi habittus orang Kristen sampai tidak lagi menyadari jika apa yang dilakukan kepada sesama itu dirahkan untuk melayani Tuhan. Artinya, peduli dan kesediaan menolong orang yang lemah dan menderita adalah budaya hidup Kristiani yang tidak lagi karena alasan yang sedang dicari-cari apalagi hanya sekadar menuhi kewajiban konsep imannya sebab iman sudah mengejawantah menjadi perbuatan nyata.
Sementara itu jika kita kembali kepada paparan materi pada malam Minggu ini dijelaskan lebih lanjut prinsip pengurangan risiko bencana merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh bencana, melalui serangkaian tindakan yang terencana dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, pengurangan risiko tidak hanya berfokus pada penanganan setelah terjadinya bencana, tetapi juga mencakup upaya pencegahan dan kesiapsiagaan yang dilakukan sebelum bencana terjadi. Penting untuk memahami bahwa pengurangan risiko bencana melibatkan berbagai aspek, termasuk edukasi masyarakat, penguatan infrastruktur, serta kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. Melalui edukasi, masyarakat dapat lebih memahami potensi risiko yang ada dan cara-cara untuk menghadapinya. Selain itu, penguatan infrastruktur yang tahan bencana menjadi kunci dalam mengurangi kerentanan terhadap bencana alam. Dalam fase kesiapsiagaan, masyarakat diajak untuk berpartisipasi aktif dalam pelatihan dan simulasi bencana, sehingga mereka dapat merespons dengan cepat dan efektif saat bencana benar-benar terjadi. Dengan demikian, prinsip pengurangan risiko bencana tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga melibatkan peran serta aktif dari seluruh elemen masyarakat. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip ini, kita dapat membangun budaya kesiapsiagaan yang lebih kuat dan meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap bencana, sehingga dampak yang ditimbulkan dapat diminimalkan secara signifikan.
Jumlah relawan Tanggul Bencana yang hadir dalam acara ini sebanyak 40 orang yang terdiri dari dari 7 Jemaat yaitu: relawan dari GKJW Jemaat Tumpuk, relawan dari GKJW Jemaat Petungombo, relawan dari GKJW Jemaat Sindurejo, relawan dari GKJW Jemaat Sugihwaras, relawan dari GKJW Jemaat Tulungagung, relawan dari GKJW Jemaat Bangoan dan relawan dari GKJW Jemaat Blitar. Selain relawan dalam lingkun MD Kediri Selatan, bergabung juga dua orang relawan dari MD Kediri Utara II atasdiri sdr. Aris dan Sdr. Mande pada acara kali ini. Pada hari pertama ini selain pemaparan materi kebencanaan, juga dilakukan sosialisasi pedoman Tanggul Bencana yang telah disusun dan diberlakukan di seluruh GKJW yang merupakan panduan yang dibuat oleh Tanggul Bencana Majelis Agung GKJW. Kegiatan hari pertama ditutup dengan malam kebersamaan dan dilanjtkan dengan istirahat malam.
Menyelamatkan SumberAir Menyelamatkan Kehidupan
Kegiatan hari kedua yaitu Minggu tanggal 10 November diawali dengan ibadah Minggu bersama bersama warga jemat pepanthan Kampunganyar. Selesai ibadah Minggu kegiatan utama dilanjutkan dengan melakukan upacara Hari Pahlawan yang dilakukan di seputaran sumber mata air Kili Suci yang terletak 5 Km darilokasi gereja pepanthan Kampunganyar ini. Perjalan cukup menantang karena semu peserta dihantar oleh truck untuk menuju lokasi sumber air dengan kondisi jalan yang penuh dengan tantangan karena menyusuri aliran lahar Gunung Kelud dan juga pekebunan Gambar dan Candi Sewu.
Seampai dilokasi maka acara selanjutkan adalah upacara Hari Pahlawan secara sederhana namun khidmat dengan diiringi guyuran air hujan. Upacara ini tidak hanya menjadi momen untuk mengenang jasa para pahlawan, tetapi juga sebagai pengingat bagi kita semua akan pentingnya menjaga lingkungan. Setelah upacara, kami melanjutkan kegiatan dengan aksi penanaman pohon, yang dirancang khusus untuk melakukan observasi terhadap sumber air Kili Suci Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung upaya penyediaan sumber air bersih yang berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan di sekitar kita.
Selesai acara penanaman pohon maka seluruh peserta kembali berkumpul di gedung gereja pepanthan Kampunganyar. Setelah beberes dan membersihkan diri maka semua peserta berkumpul kambali di dalam gedung gereja untuk mengadakan evaluasi sekaligus membuat rencana tindak lanjut. Dengan suasana penuh keakraban dan sesekali dihiasi gelak tawa bersama maka ada beberapa rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Diantaranya adalah perlunya perawatan pohon yang ditanam hari ini secara berkala dan juga penanaman secara berkesinambungan sampai sumber air Kili Suci menjadi hutan lebat kembali. Selain itu ada keinginan dan komitmen bersama dari pemuda GKJW Jemaat Blitar dan Relawan Bencana MD Kediri Selatan untuk terus menjalin komunikasi dan perjumpaan nyata demi upaya merancang dan melakukan aksi pencegahan melaui pendidikan kebencanaan di jemaat dimulai dari sejak warga anak sampai adiyuswa. Akhirnya, dengan rasa berat hati semua peserta berpisah dan pulang ke jemaatnya masing-masing dengan pekik yang lantang bergema: “Relawan Bencana Kediri Selatan….Salam Lestari…!!”
Naskah : Reiyarsa Dagna Arindra (Pemuda GKJW Jemaat Blitar)
Foto : Team Dokumentasi GKJW Jemaat Blitar