Patuwen Kopi Patunggilan Kang Nyawiji dalam Secangkir Kopi

4 October 2023

GKJW dan Petani

Komunitas Kristen yang  berada di  kantong Kristen  di  wilayah pelayanan  GKJW tinggal  di  konteks agraris. Dari pendataan sementara Komperlitbang di tahun 2023,  jemaat-jemaat GKJW yang terletak di konteks agraris kurang lebih 50,56 %.   Hasil  sensus warga GKJW tahun 2017, mencatat  warga jemaat GKJW yang berprofesi sebagai petani 10,6%.  Jikalau warga GKJW usia dewasa berjumlah  125.759 jiwa, maka jumlah petani GKJW kurang lebih berjumlah 12.000 orang.  Hal itu berkaitan dengan data, tetapi bagaimana tentang kesejahteraan petani?

Wakil Gubernur Jatim,   Dr.  Emil Dardak dalam sebuah pertemuan Halal Bihalal dan Dialog dengan tema “Membangun Ekonomi Kreatif menuju Indonesia Emas”,  Pandaan menyampaikan bahwa  jumlah pekerjaan  terbesar (30 %)  ada di sektor pertanian (tanam – panen)  tapi sumbangan ke perekonomian  Jawa Timur hanya sebesar 10 %.  Hal ini berarti, banyak orang yang bekerja di sektor  pertanian di Jawa Timur  belum  sejahtera,  padahal  petani adalah garda depan ketahanan pangan.   Hal ini sejalan dengan apa yang dikisahkan para petani, bahwa para petani   belum secara mandiri dan berdaulat melakukan kegiatan ekonominya (dari budidaya  – distribusi). Selain proses budidaya yang mengandalkan  kekuatan pemodal dan pedagang besar yang melahirkan kebergantungan dan harga  produk pertanian yang tidak adil bagi petani, beberapa petani yang  melakukan kegiatan  pengolahan pasca panen, seringkali mengalami kesulitan  karena keterbatasan  akses  tekhnologi  dan riset.

Maka dalam konteks itulah GKJW sebagai rumah bagi  semua warga yang didalamnya  juga adalah petani, merasa perlu mendengar, belajar,  bertumbuh bersama petani untuk memperjuangkan   kebaikan dan keadilan  Allah bagi semua orang.  Berangkat dari kesadaran bahwa Allah, sang PETANI  sedang   memperjuangkan tatanan  hidup  demi kesejahteraan bersama.  Bahkan melalui Kejadian 2 : 4 b -25 dikisahkan   bahwa kesejahteraan dan  kemakmuran  rakyat tercapai ketika penguasa  berpihak pada perjuangan petani dalam mengelola pertanian berbasis keutuhan ciptaan. Dalam semangat itulah, salah satu bentuk  upaya pastoral Gereja  digagas dan ditemukan  melalui kegiatan Patuwen Kopi.

Patuwen Kopi

Patuwen dalam bahasa Jawa  berarti kegiatan perkunjungan  antar  sanak keluarga di   masyarakat jawa untuk saling menanyakan kabar dan situasi dari keluarga yang dikunjungi. Kegiatan Patuwen  ini menjadi kegiatan para petani kopi   yang rindu membangun paseduluran dengan   saling berkunjung,  menyuguhkan pengalaman dan ilmu, berbagi kesulitan sambil berbagi harapan.  Kegiatan ini dilakukan pada setiap akhir bulan April – Oktober 2023 dan didukung  Anggaran Annual Budget UEM. Patuwen ini diikuti  30  orang  peserta  yang berasal dari   Kelompok Tani Kopi Sumber Makmur, Sumberdem, Kelompok Tani Kopi Tunas Muda, Jengger, Kelompok Tani Kopi Republik Tani Mandiri, Kucur,  perwakilan KPPD Malang 3 Barat, Malang 1 dan Malang 4 serta anggota DPP/pokja PEW  MA difasilitasi oleh Bpk. Trianom Suryandaru.

Kelompok tani yang dikunjungi menjadi  narasumber dalam sessi sharing pada pertemuan  I – III. Di kelas ini  semua menjadi murid dan  guru untuk menjadi berdaya dan bertumbuh secara pengetahuan, pengalaman.  Di hari pertama, peserta  belajar bersama tentang    upaya petani kopi  bergiat  budidaya  kopi (tanam, rawat, pemupukan), pengolahan dan produksi  pasca panen,   pemasaran dan  tata kelola usaha / lembaga kelompok tani. Hari kedua kami  sambang  ladang, melihat praktek pemeliharaan tanaman kopi.  Kegiatan ini bagi menjadi  penting,  mengingat selama ini  petani merawat kopi dengan cara  turun menurun. Memanen buah kopi yang  kurang  matang, menggunakan pupuk yang belum ramah tanah, menyimpan kopi dengan cara sederhana.  Padahal,  60 % cita rasa kopi sangat dipengaruhi  tangan petani (perawatan dan pemanenan kopi).  Dari  pemasaran,   para petani  kebanyakan  bergantung dengan pedagang besar yang menjadi penentu  harga kopi.  Dalam pertemuan IV, peserta  belajar kepada Kelompok Tani Hutan Wonosantri, Singosari  tentang pentingnya sinergitas kelompok Tani dengan pemerintahan desa, akademisi, investor demi memperjuangkan nilai -nilai yang dihidupi kelompok.  Dalam situasi ini  kebutuhan untuk berkomunitas  menjadi penting sebagai upaya petani kopi memperjuangkan kemandirian secara berkelompok.

Pada Patuwen Kopi pertemuan ke V, kelompok petani kopi dari Jengger, Sumberdem dan Kucur sambang sedulur Surabaya Timur 1 dan Surabaya Timur 2 di GKJW Jemaat Sukolilo pada hari Sabtu 30 September hingga Minggu 1 Oktober 2023. Sambil ngopi bareng, menggelar bazar, para petani kopi bercerita tentang perjuangan mengawal kopi dari lahan sampai cangkir, mendapatkan masukan tentang selera cita rasa kopi para penikmat kopi, membuka ruang sarasehan bagi pemuda untuk belajar tentang usaha kedai kopi bersama Sdr. Abraham Kartiko dan pengaruh kopi bagi kesehatan bersama dr. Irwan Kristyono. Kegiatan ini bukan hanya penting bagi petani, tapi bagi kami sebagai gereja yang adalah rumah bagi semua warga jemaat dalam upaya membangun persaudaraan. Maka, hari itu, hati kami dilimpahi syukur karena menemukan salah satu bentuk patunggilan kang nyawiji melalui secangkir kopi.

Nyeruput kopine, nyedulur saklawase.

Video liputan Patuwen Kopi dapat disaksikan diatas

Renungan Harian

Renungan Harian Anak