Semangat Adiyuswa MD Surabaya Timur I memang patut diacungi jempol. Dari kuota peserta 30 orang per jemaat, ternyata pada data terakhir yang masuk, peserta terdaftar mencapai 418 orang. “Ini ibadah Padang yang luar biasa,” tutur Pdt. Abednego Adinugroho dalam khotbahnya, yang disambut applaus peserta.
Meskipun namanya Ibadah Padang, kegiatan ini (24/8/2024) hanya mengambil tempat di dalam kota Surabaya. Tepatnya di hall dan area luar Gereja Katolik Santo Yosafat, Sukolilo. Tapi itu tak menyurutkan antusiasme peserta hingga akhir acara. Mereka dapat menikmati kegembiraan bersama-sama, seperti yel-yel yang dikumandangkan bersama, “Adiyuswa… sehat-semangat-berseri!”
Dalam ibadah yang berlangsung hangat dan interaktif, Sekretaris MD ST 1 ini menerangkan perihal penamaan Adiyuswa. Adi itu endah. Yuswa itu usia. Jadi, adiyuswa adalah usia yang “indah” (matang, penuh pengalaman). “Masio …”
Tanpa melanjutkan kalimat, rupanya banyak yang sudah paham pada masalah umum yang dihadapi adiyuswa terkait dengan kondisi fisiknya. Penyakit 5B yang paling umum, seperti blaur (mata yang sudah rabun), atau beser (suka ke belakang), yang kemudian dilanjutkan dengan B-B lain yang disebutkan masing-masing orang dengan bersahut-sahutan.
Mendasari khotbah dengan bacaan yang diambil dari Roma 15:13, Pdt. Abednego mengajak para adiyuswa untuk memaknai 5B secara positif, agar kita punya pengharapan sejati di dalam diri Yesus Kristus.
Adapun 5B tersebut adalah:
Pertama, “Bersahaja”. Artinya, hidup sederhana, gak usah kakehan polah.
Kedua, “Bijaksana”, karena sudah kenyang dengan pengalaman hidup.
Ketiga, “Bahagia”. Bersukacita dalam segala keadaan. Kegembiraan adalah obat. Sebab orang yang tidak punya penyakit adalah orang yang berbahagia.
Keempat, tetap “Berkarya”. Adiyuswa menjadi berkat baik bagi yang se-zaman maupun bagi generasi yang lebih muda.
Kelima, “Bertekun dalam doa.” Adiyuswa tetap dibutuhkan perannya dalam mendukung kegiatan gereja. Berpartisipasi aktif dalam berpelayanan. Tak lupa untuk bisa ngemong dan ngancani generasi di bawahnya, supaya dapat berjalan dengan baik dan benar.
Rekreatif
Usai ibadah, beberapa Jemaat turut menyumbangkan talenta masing-masing. Misalnya penampilan dari Kelompok Angklung Hosiana GKJW Sukolilo dan pujian dari GKJW Waru.
Jika pada area dalam ruang, peserta masih duduk sesuai dengan rombongan Jemaat, maka pada sesi kegiatan bebas ini peserta dibagi secara acak. Ada 10 kelompok besar yang diberi nama-nama bunga, yaitu Flamboyan, Anyelir, Tulip, Melati, Kenanga, Cempaka, Edelweiss, Lavender, Bugenvil, dan Mawar.
Seru-seruan dalam kebersamaan ini bertujuan agar setiap peserta juga mengenal warga dari jemaat yang lain. Namun tak jarang jua, beberapa peserta seperti sedang ber-reuni dan berkangen-ria, karena bisa bertemu dengan kawan yang sudah lama tak berjumpa.
Sebelum diadakan games, doorprize, dan pembagian hadiah, peserta diajak melakukan flash mob dengan mengikuti gerakan senam (line dance), baik bersama-sama di tengah ruangan maupun di tempat duduknya masing-masing.
Permainan bagi para adiyuswa tak berat. Ringan dan bisa menyenangkan. Ada 3 babak, yaitu reli balon dengan menggunakan tali rafia. Menangkap bola dengan tangan melalui kotak kardus besar yang berlubang di tengah. Terakhir, lomba ‘panjang-panjangan’ sarana yang dibawa peserta.
Meski acara digagas cukup panjang, namun berjalan dengan tak terasa. Terlebih banyak doorprize yang disediakan panitia untuk perorangan. Tak kalah, tiap kelompok yang juara juga mendapat hadiah lombanya, seperti minyak dan sabun. Seperti yel-yel tadi, semua adiyuswa pulang dengan sehat, semangat, dan berseri…
Berita : Hendra Setiawan
Foto : Yohan Zukamotto