Bacaan : 2 Raja-Raja 4: 1-7
Tahun Gerejawi : Bulan Keluarga
Tema : Tokoh Anak
Tujuan :
- Anak dapat menunjukkan bentuk-bentuk kerjasama antara anak dan orang tua dalam keluarga.
- Anak dapat memberikan contoh hambatan-hambatan anak dapat bekerja sama dengan orang tua dalam menyelesaikan masalah.
- Anak dapat memberikan contoh faktor-faktor pendukung kerjasama antara anak dengan orang tua dalam menyelesaikan masalah.
Lagu Tema : Kidung Ria no. 9 “Bertemu dalam kasih-Nya”
PENJELASAN TEKS (Untuk Pamong)

Jika melihat dari tafsir naratifnya terlihat betapa janda ini seorang yang takut akan Allah dan sangat berbakti kepada Allah dalam kehidupannya. Namun disatu sisi kemalangan sedang melanda kehidupannya bersama anak-anaknya, yaitu dia dan anak-anaknya terbelit hutang dan terancam akan dijadikan budak.
Kemudian janda ini bertemu dengan Elisa seorang nabi yang sudah dikenal dapat menghadirkan mujizat Allah dalam kehidupan di dunia. Pertemuan ini bisa dianggap pertemuan sesama abdi Allah, karena perempuan tersebut janda dari seorang nabi Allah.
Kemudian Elisa menanyakan kepada janda apa yang dia punyai dirumahnya ? Janda itu menjawab tidak ada sesuatupun dirumahnya, hanya sebuah buli-buli berisi minyak. Dari sebuah buli-buli berisi minyak Nabi Elisa meminta kepada janda untuk mengumpulkan bejana-bejana dari tetanga-tetangganya. Karena iman yang dimiliki Sang janda sangatlah besar maka bersama anaknya dilakukanlah apa yang diminta oleh Nabi Elisa.
Lalu terjadilah mujizat melalui Nabi Elisa, semua bejana yang telah dikumpulkan oleh janda tersebut telah terisi penuh oleh minyak yang dicurahkan dari sebuah buli-buli. Lalu janda itu kembali kepada Elisa dan mengatakan apa yang telah terjadi, Nabi Elisa menyuruh janda untuk menjual minyak dalam bejana-bejana itu untuk membayar semua hutangnya dan sisanya dipakai untuk melanjutkan kehidupannya dengan keluarganya.
Jika dilihat dari hubungan dalam keluarga maka mujizat Tuhan tidak dapat terjadi dalam keluarga janda tersebut jika tidak ada kerjasama antara anak dan orang tuanya. Kerjasama yang dapat terlihat langsung adalah ketika janda itu menuangkan minyak kedalam seluruh bejana, dia dibantu oleh anak-anaknya.
Dan kerjasama ini juga bertujuan untuk menyelamatkan anaknya dari korban perbudakan. Dari cerita ini dapat ditangkap bahwa kerjasama itu merupakan hubungan timbal-balik.
Dalam keluarga Kristen terjadi penyataan kasih Allah yang nyata, karena dalam keluarga anak belajar bagaimana kasih Allah itu di praktekan kepada sesama. Sebab bagaimana mungkin anak belajar mengasihi dengan benar jika komunikasi dalam keluarga tidak berjalan baik. Penyataan kasih Allah itu dapat dirasakan secara nyata oleh anak ketika didalam keluarga di merasa dikasihi dan dicintai..
CONTOH CERITA (untuk Anak-Anak)
Ketika dilaksanakan retreat bagi anak-anak disebuah jemaat GKJW, anak-anak diwajibkan membawa perlengkapan makan secara mandiri. Maka Rani yang waktu itu akan mengikuti kegiatan retreat merasa perlu untuk menyiapkannya. Maka dia memberitahu mamanya.
“Ma besok saat retreat semua anak diminta membawa alat makan sendiri” Kata Rani pada mamanya.
“Iya Rani, kamu siapkan sendiri dong apa yang mau dibawa” Jawab mamanya.
“Ya mama dong yang siapkan untuk Rani” Rani merengek pada mamanya.
“huff.. baiklah kalau itu maumu”. Mamanya menjawab dengan sabar.
Ditempat retreat Rani terlihat murung, lalu salah satu pamong mendekatinya.
“Rani kenapa kamu murung?” Tanya pamong pada Rani.
“Iya kak aku kesal sama mama” Jawab Rani singkat.
“Lho kenapa kesal sama mama?”.
“Kemarin itu mama menyiapkan alat-alat makan untuk Rani, tapi yang disiapkan tidak sesuai dengan keinginan Rani” jawab Rani ketus.
“Apanya yang tidak sesuai, Ran?” Tanya pamong menyelidik.
“ Rani itu kan sukanya sendok yang ujungnya ada logo Korea, khok mama malah membawakan sendok biasa, terus piring yang dibawakan juga bukan piring kesukaan Rani yang agak kecil, ini malah yang dibawakan piring besar masak makannya Rani kayak kuli angkut dipasar, uh… mama bikin sebel deh”.
Kakak pamong hanya tersenyum sambil menasehati “Harusnya Rani tidak menggantungkan diri pada bantuan mama, khan Rani sudah besar sudah bisa mengerti kebutuhannya sendiri. Kalau Rani hanya berharap mama yang menolong ya bisa salah seperti cerita Rani. Selain mama juga capek nyiapkan keperluan Rani tapi Rani malah uring-uringan karena tidak sesuai.”.
Dari cerita ini dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam keluarga sangatlah penting agar tidak terjadi kesalah pahaman. Remaja diharapakan dapat mengidentifikasi kebutuhannya sendiri dan juga dapat mengidentifikasi apa yang diperlukan bersama.
AKTIVITAS
Bagilah remaja menjadi kelompok kecil antara 4-5 orang, bagikan kepada setiap anak alat tulis spidol atau bolpoint beserta kertas HVS kosong.
Ajak anak-anak remaja menuliskan kegiatan apa saja yang secara rutin mereka lakukan dirumah. Contohnya : Menyapu lantai, mencuci piring, berbelanja dan lain-lain. Mintalah mereka berdiskusi apakah keuntunganya melakukan pekerjaan tersebut bagi mereka dan bagi anggota keluarga yang lain. Juga diskusikan andaikan mereka tidak melakukan hal itu apa kerugiannya.
Ajaklah remaja merenungkan bahwa berkat Allah tercurah dalam keluarga jika ada kerjasama dan saling mendoakan., lanjutkan dengan bercerita tentang Janda dan Nabi Elisa
—
CONTHO CARIYOS (Basa Jawi)
Nalika dianaake Retreat kanggo bocah-bocah remaja ing sawijing pasamuan GKJW, bocah-bocah didawuhi nggawa sawernining piranti kanggo tedhan lan omben. Mula Rani nyawisake piranti kang perlu kanggo acara retreat kuwi. Karana kuwi dewek’e matur marang sibune.
“Bu, sesuk neng acara retreat bocah-bocah didawuhi nggawa piranti tedhan lan omben dewe-dewe.” Pituture Rani marang Sibune.
“Iya Ran, nanging nek iso yo kowe kudu cecawis dewe”. Wangsulane sibune Rani.
“Lho khok kula bu, inggih sibu mawon ingkang nyawisaken kangge Rani”. Ujare Rani ngalem.
“Huff… yo wis mengko ben Ibu sing nyawiske” wangsulane sibu kanthi sabar.
Ana ing papan retreat Rani kethok mrengut wae, sak nalika iku ana sawijining pamong kang nyedhaki.
“Ran kowe kok katon susah, ana opo?” pitakone pamong.
“Iyo Mbak, aku mangkel marang Sibuku” wangsulane Rani karo mrengut.
“Lho, la ngapa kok mangkel?” pamong takon maneh.
“Dek wingi ibuku nyawisake piranti kang mesti digawa kanggo acara retreat iki, nanging sing dicawisake Sibu ora nyocoki marang atiku”. Rani paring wangsulan kanthi ketus.
“Oala.. apa sing orang nyocoki atimu?”
“Akeh mbak, wong aku iku pingine nggawa piring cilik wae sing warnaning coklat, lah sing di cawisake sibu malah piring putih gedhe. Terus sendok’e yo ngono, pinginku nggawa sing ana logo korea kado saka kancaku, nanging sing dilebokake tasku malah sendok plastik. Wis mangkel aku”.
Pamong mau mung mesem karo paring wejangan marang Rani. “Ran kudune kowe ora mung njagak’e marang ibumu, mesakake. Kowe iku dudu bocah cilik maneh, kudune wis bisa cecawis dewe kanggo keperluanmu pribadi. Ibumu kudune mung mbantu kowe yen kowe rumangsa kangelan”.
“Iyo mbak, aku yo getun dadine apa sing di gawa ora cocok karo karepku”.
Saka cerita ing duwur isa digawe tetenger yen sesambungan lan rembugan kuwi penting kanggo ngdunungake kekarepane keluarga. Remaja isa diajak niteni endi kang dadi kebutuhane dewe lan endi sing penting kanggo keluarga. Supaya remaja ora mung nggugu kekarepane dewe lan ora preduli karo kancane utawa dulure. Gusti mberkahi……….
Gambar: Jill Kemp with art by Richard Gunther (www.lambsongs.co.nz)