Suasana tampak sangat berbeda di Ruang Serbaguna GKJW Jemaat Tunjungsekar pada 26 Oktober 2023. Sore itu, ruangan ditata sedemikian rupa untuk tempat pelaksanaan acara Persekutuan Keluarga Dewasa. Menilik dari nama acaranya, maka tidak heran jika sebagian besar peserta yang datang memenuhi ruangan adalah warga jemaat yang sudah sepuh. Terhitung ada sekitar 70 warga jemaat yang datang berpasangan maupun seorang diri. Meskipun acara ini diperuntukkan sebatas untuk pasangan suami istri dengan usia perkawinan 25 tahun ke atas, tetapi tetap terbuka bagi siapa pun yang ingin bergabung.
Menurut keterangan dari Komisi Pembinaan Teologi (KPT) selaku pelaksana, selama ini pembinaan yang sering diadakan adalah pembinaan atau persekutuan untuk keluarga muda. Padahal berapa pun usia sebuah perkawinan tetap memiliki dinamikanya tersendiri. Oleh karena itu, semua tetap membutuhkan penguatan. Hal senada juga disampaikan oleh Pdt. Retnosari M.Th. -selaku pendeta jemaat- dalam sambutannya. Semakin lama usia sebuah perkawinan tidak berarti semakin sedikit permasalahan yang muncul. Ada saja celah yang bisa menyebabkan munculnya konflik. Berangkat dari kesadaran itulah, akhirnya muncul gagasan untuk mengadakan acara ini.
Hadir sebagai pemateri adalah Bapak David Setiadi S.H., S.Ds., Ct.NLP., C.HT., Ct.Sa., C.FT., C.Mpps., seorang Fun Trainer & Motivational Speaker dari Jakarta. Dengan pembawaannya yang bersemangat dan sesekali menyelipkan humor, pembicara berhasil menghidupkan suasana dari awal sampai akhir acara. Para peserta tidak hanya dibuat tertawa, tetapi juga malu dan tersipu-sipu.
Dengan mengangkat tema tentang komunikasi, acara ini diberi judul “KomuniKASIH antar Kekasih”. Peserta diajak untuk melihat beberapa kondisi yang seringkali muncul pada perkawinan yang sudah lama. Perkawinan bertahan bukan karena rasa cinta, tapi karena sebuah keharusan atau keterikatan. Menipisnya rasa cinta bisa dipicu oleh kurangnya komunikasi antara suami dan istri. Komunikasi menjadi hal yang tidak lagi penting. Asal tidak bertengkar saja, sudah cukup. Jika hal itu telah terjadi, maka setiap pasangan harus mulai membangun kebiasaan berkomunikasi. Sesederhana apapun bentuk komunikasinya, jika sering dilakukan maka akan menjadi istimewa.
Selanjutnya, peserta ditantang untuk mampu mengungkapkan dengan benar setiap perasaan yang dimilikinya pada pasangan. Perasaan itu bisa berupa marah, kecewa, senang, sayang dan lainnya. Pada intinya, peserta diingatkan bahwa cinta bukan hanya milik pasangan muda saja. Cinta dibutuhkan dalam setiap ikatan perkawinan. Cinta tumbuh karena usaha yang dilakukan terus menerus oleh setiap pasangan.
Di akhir acara, para suami diberikan kesempatan untuk memberikan kejutan pada istri. Kejutan berupa pemberian setangkai bunga dan sepucuk surat dari suami kepada istri. Dengan diiringi lagu Beautiful in White, setiap pasangan hanyut dalam romantisme masing-masing. Ada yang tampak terkejut, ada yang gembira sampai berteriak-teriak, ada yang sampai meneteskan air mata, ada yang berpelukan bahkan menggendong istrinya, tetapi ada juga yang masih canggung dan malu-malu.
Bagaimanapun, bisa sampai pada sebuah perkawinan perak adalah karunia Tuhan yang harus disyukuri. Melalui acara ini, setidaknya setiap pasangan diingatkan kembali bahwa masing-masing punya peran dalam menghadirkan cinta dalam perkawinan.
Berita dan Foto : Magdalena Omegawati