Totalitas Mengikut Tuhan Khotbah Minggu 21 Januari 2018

9 January 2018

BULAN PENCIPTAAN
STOLA HIJAU

 

BACAAN 1       : Yunus 3: 1-5,10
BACAAN 2       : 1 Korintus  7: 29 – 31
BACAAN 3       : Markus 1: 14 – 20

Tema Liturgis: Alam Menunjukkan Tuhan dan Kuasa Keselamatan-Nya
Tema Khotbah:  Totalitas Mengikut Tuhan

 

KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca diatas mimbar, cukup dibaca saat sebelum kotbah sebagai refrensi)

Yunus 3: 1 – 5,10

Pasal 3 ini merupakan babak baru bagi kehidupan Yunus sebab dimulai dari pasal 3 inilah Yunus kemudian menjadi utusan Allah yang melakukan kehendak Allah. Tentu kita masih ingat bagaimana ketika Tuhan memilih Yunus dan kemudian dia berupaya mengelak dari panggilan itu. Pengelakan Yunus begitu fenomenal dan sangat lekat dalam ingatan baik anak sampai orang tua-tua. Walaupun disayangkan ketika yang justru diingat adalah kisah pengelakan ini daripada kesediaan Yunus mengemban panggilan Tuhan.

Mulai dengan ayat 1 – 4, Yunus yang setia melakukan kehendak dan perintah Tuhan ditampilkan. Terkesan tidak ada lagi diskusi dalam diri Yunus, begitu mendengarkan firman Tuhan dengan segala perintahNya, Yunus bersegera melakukan kehendak Tuhan itu. Bisa saja karena memang Yunus sudah kapok kalau membantah perintah Tuhan akan berakhir dengan petaka bagi dirinya. Atau mungkin saja Yunus trauma hidup dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam. Apapun itu, Yunus kini berubah menjadi penurut kepada Tuhan. Demikian ketika menyampaikan berita penghukuman Niniwe dengan tenggang waktu 40 hari lagi. Kota yang besar dengan hiruk-pikuk kehidupan masyarakatnya akan mengalami bencana besar karena akan ditunggangbalikkan oleh Tuhan. Ancaman kehancuran bagi Niniwe terhitung 40 hari lagi.

Secara ajaib bin aneh, penduduk Niniwe yang selama ini dikenal jahat dihadapan Tuhan (Yunus 1:2) dengan sekejap berbalik 180 derajat. Mereka percaya kepada Allah dan melakukan puasa seraya berkabung dengan pakaian kabungnya (ayat 5). Bukankah ini sungguh aneh, selama ini Tuhan menilai penduduk Niniwe berlaku jahat namun mendengar kabar bencana mereka segera percaya Allah dan melakukan puasa dalam perkabungan. Apakah selama ini Allah salah mendengar informasi tentang kehidupan penduduk Niniwe ? Ataukah memang penduduk Niniwe benar-benar berubah ? Kalaupun penduduk Niniwe berubah, apakah karena merasa terancam dengan petaka yang sudah mendekat dalam hitungan 40 hari lagi ? Memang tidak ada penjelasan dalam bacaan kita ini. Satu hal yang dijelaskan dalam bacaan ini adalah bahwa bukan hanya penduduk biasa yang percaya Tuhan dan berpuasa dalam perkabungan tetapi juga raja dan para pembesar Niniwe juga melakukan itu (ay 6).

Melihat perilaku seluruh penduduk Niniwe (bahkan juga ternak yang ada dinegeri itu juga berkabung) yang berubah itulah kemudian Tuhan membatalkan rencana penghukuman dan petaka atas kota itu. Hati Tuhan luluh seketika melihat pertobatan massal di Niniwe. Terlepas dari merasa terdesak oleh ancaman hukuman atas negeri itu, yang jelas bahwa masayarakat Niniwe berbalik kehidupannya dari yang berbuat jahat berubah percaya dan bertobat kepada Allah. Apakah Allah salah membuat rencana penghukuman itu ? Tentu bukan itu pokoknya sebab kembali kita dipaparkan tentang sejatinya Allah itu yaitu Allah yang berbelaskasih kepada setiap orang yang bertobat. Dan sejatinya Allah yang pro kehidupan karena Allah menghendaki kehidupan bagi semua ciptaan bahkan mereka yang jahat sekalipun jikalau sudah berbalik dan berbuat baik maka Tuhan juga memelihara kehidupannya.

1 Korintus 7: 29 – 31

Kepada jemaat Korintus, Paulus kembali menyerukan bahwa waktu untuk kedatangan Tuhan sangat singkat dan itu artinya kedatangan Tuhan akan segera terjadi. Tentu ini tidak hanya berarti harfiah saja sebab dalam makna yang lain waktu kedatangan Tuhan lebih diarahkan kepada kesiapan jemaat dalam menyambut kedatangan Tuhan. Oleh sebab itulah dalam ayat 29, Paulus mengingatkan kembali bahwa ada waktu yang tersisa untuk menyiapkan diri.

Fokus kepada mengisi waktu yang tersisa itulah, jemaat diajak untuk mengarahkan kehidupannya kepada persiapan diri yaitu mengarahkan kehidupan kepada melakukan kehendak Tuhan. Ini berarti bahwa kehidupan jemaat jangan disibukkan kepada urusan kehidupan diri sendiri dengan keterikatannya. Tips yang diajarkan oleh Paulus adalah dengan mencoba menjadikan hidup netral. Untuk mencapai netralitas itu caranya adalah dengan bersikap terbalik. Uniknya, bersikap terbalikan itu bukan hanya kepada hal-hal buruk tetapi juga kepada hal baik yang sedang dialami saat ini. Orang yang beristeri bersikap seolah tidak beristeri, orang yang sedang bersedih dan menangis bersikap seolah tidak menangis, demikian juga yang sedang bergembira diminta seolah tidak terjadi apa-apa. Bahkan orang yang membeli barang diminta seolah tidak memiliki apapun.

Sikap yang demikian itu tentunya dimaksudkan supaya dalam menyiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan fokus kita bukan kepada yang terlihat dan ada dalam kehidupan kita tetapi supaya semua yang kita miliki ini dapat terarah kepada Tuhan saja. Perilaku, pikiran dan segala yang kita perbuat diminta diarahkan kepada Tuhan saja. Sebab segala apa yang ada yaitu dunia yang kita kenal saat ini akan berlalu saat Tuhan datang ke dunia ini (ay 31).

Markus 1: 14 – 20

Fase waktu sebelum Tuhan Yesus tampil di depan umum adalah fase yang diisi oleh seorang yang sangat eksentrik yaitu Yohanes. Namun setelah Yohanes undur dari panggung umum karena ditangkap penguasa jamannya (ay 14), kini yang tampil ke depan adalah aktor utamanya yaitu Tuhan Yesus. Dari Yohanes kepada Tuhan Yesus ada kesinambungan tema yang diserukan yaitu: pertobatan. Itulah sebabnya diawal tampilnya Tuhan Yesus di depan umum seruan pertobatan yang diperdengarkan (ay 15). Lebih khusus seruan pertobatan yang disuarakan Tuhan Yesus adalah dengan ungkapan: waktunya telah genap. Kalimat ini diucapkan bersamaan dengan Tuhan Yesus yang tampil di depan umum. Tentu secara tidak langsung, kalimat itu bermakna dengan tampilnya Tuhan Yesus maka waktu kerajaan Allah sudah dekat di dalam diri-Nya.

Setelah seruan genapnya Kerajaan Allah dalam diri-Nya, kini Tuhan Yesus memanggil para murid dalam kehidupan mereka sehari-hari. Simon dan Andreas sedang beraktifitas harian yaitu menjala ikan. Dalam aktifitas harian itu Tuhan menjumpai mereka dan dengan bahasa aktifitas harian pula mereka dipanggil dengan tugas baru yaitu menjala manusia. Demikian juga Yakobus dan Yohanes juga sedang beraktifitas membereskan jala mereka. Dari empat orang yang ditemui dan dipanggil mengikut Tuhan Yesus itu kesemuanya meninggalkan aktifitasnya itu dan pergi mengikuti Tuhan Yesus. Jala, perahu bahkan orang tua mereka tinggalkan untuk mengikuti Tuhan Yesus. Apakah maknanya ? Dengan jelas kita dapat menyimpulkan bahwa untuk mengikut Tuhan Yesus dan menyambut Kerajaan Allah maka harus melepaskan semua keterikatan apapun dengan kehidupan ini dan hanya mengikatkan diri dengan mengikuti Tuhan Yesus. Totalitas mengikut Tuhan Yesus itulah wujud nyata dari kesiapan menyambut Kerajaan Allah.

BENANG MERAH TIGA BACAAN

Ketiga bacaan menyuarakan kembali seruan pertobatan. Seruan itu diwartakan melalui hamba Tuhan maupun oleh Tuhan Yesus sendiri. Hal ini menegaskan pentingnya pertobatan bagi kehidupan alam semesta ini. Pertobatan juga menjadi titik awal dari karya Tuhan dalam kehidupan setiap umat. Dalam pertobatan itu seluruh alam ini disatukan kembali dengan Tuhan Sang Pencipta sehingga tidak ada lagi kehancuran dan kebinasaan. Kosekwensi dari pertobatan adalah totalitas mengikut kehendak Tuhan bagi seluruh kehidupan.

 

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan…bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)

Pengantar

Setiap kali ada acara-acara di gereja, pasti kita melihat begitu banyak orang yang melakukan pelayanan dengan luar biasa. Ambillah contoh panitia natal yang lalu, tentu kita melihat orang yang begitu total dalam kepanitiaan ini. Rapat-rapat yang menguras tenaga dijalani dengan penuh sukacita, bahkan sepulang kerja dalam kondisi capekpun diusahakan untuk ikut hadir dalam rapat. Tenagapun dicurahkan untuk pelayanan ini. Mungkin saja dirumah tidak pernah menyapu atau mengepel lantai tetapi begitu di gereja akan melakukan semua itu. Uang, pasti banyak yang bersedia merogoh kantong untuk biaya kegiatan bahkan mungkin saat-saat persiapan banyak orang yang bersedia merogoh kantongnya sekadar untuk membeli makanan kecil atau minuman untuk dinikmati bersama.

Bicara totalitas pelayanan tidak perlu kita melihat terlalu jauh sebab digereja ini kita bukan hanya melihat tetapi sekaligus mengalami sendiri semangat itu. Waktu, tanaga, harta bahkan gengsi semua ditaruhkan dalam setiap pelayanan di gereja ini. Totalitas yang demikian itu pastilah berbuahkan kebahagiaan bagi yang melakukannya. Dan sebenarnya inilah wujud totalitas mengikut Tuhan.

 

Totalitas Mengikut Tuhan

Totalias mengikut Tuhan juga dialami oleh 4 orang dalam bacaan Injil kita hari ini yaitu Simon, Yakobus, Yohanes dan Andreas. Bagaimana tidak total sebab begitu mereka bertemu Tuhan Yesus dan diundang untuk mengikut-Nya, mereka tidak ada lagi tawar-menawar. Mereka langsung berbegas dan meninggalkan perahu, jaring bahkan orang tuanya untuk mengikut Tuhan Yesus. Apa yang didapatkan mereka ? Secara materi mereka tidak mendapatkan apapun dan justru kehilangan banyak namun perasaan bahagia yang mereka rasakan. Dapatlah disimpulkan disini bahwa dalam totalitas mengikut Tuhan ada kebahagiaan yang tak ternilai dengan apapun. Tentu pertanyaan selidiknya adalah: bagaimana supaya kita dapat secara total mengikutTuhan ?

Pertama, Percaya kepada Yesus tiada syarat bahwa Dia adalah Tuhan. Kita lihat bagaimana Simon, Yakobus, Yohanes dan Andreas ketika mereka dijumpai oleh Tuhan Yesus dan diundang mengikut-Nya. Mereka tanpa ragu meninggalkan semua yang dimilikinya dan langsung mengikuti Tuhan Yesus. Apakah sebelumnya mereka mengenal Tuhan ? Tidak, mendengar tentang Yesus mungkin tetapi mereka tahu dan mengenal siapa Yesus tidak. Namun demikian mantapnya mereka meninggalkan semua kehidupan sehari-harinya dan mengikut Tuhan Yesus adalah wujud dari percaya tanpa syarat. Hal ini tentu tidak mudah, selalu membutuhkan proses namun sesungguhnya janganlah proses percaya itu kemudian menjadikan kita ragu untuk mempercayai bahwa Yesus benar-benar Tuhan. Lawan dari iman bukan tiada iman namun lawan dari iman adalah keragu-raguan. Saat dalam diri kita terbersit keraguan bahwa Yesus adalah Tuhan maka pada saat yang bersamaan kita sedang kehilangan iman kita.

Kedua, menyadari bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Seruan ini disampaika oleh Tuhan Yesus sendiri dalam Markus 1:15. Tentu seruan ini adalah seruan yang diarahkan supaya setiap orang yang medengarkan-Nya berhenti sejenak dari kesibukannya dan mengarahkan hati dan kehidupannya untuk menyambut Kerajaan Allah. Jadi mungkin selama ini kita sibuk dengan diri kita bahkan sampai mengabaikan atau sedikit saja menyiapkan diri untuk menyambut Kerajaan Allah, dengan mendengarkan melalui telinga bathin kita bahwa Kerajaan Allah sudah dekat menjadikan kita memberi perhatian pada diri untuk mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh menyambutnya. Jadi Kerajaan Allah bukan hanya diartikan sebagai akhir jaman dimana sering bayangan yang terjadi adalah kengerian. “Kerajaan Allah sudah dekat” adalah momentum dimana kita menjadikan Allah sebagai raja kehidupan kita. Mungkin saja selama ini yang menjadi raja diri kita adalah keinginan diri, pekerjaan, karir atau apapun yang mengalihkan perhatian kita dari Allah yang merajai hidup kita. Dengan menyadari bahwa Kerajaan Allah sudah dekat maka kita kembali menjadikan Allah sebagai raja kehidupan kita. Bahkan Paulus dalam surat Korintus dalam bacaan kedua juga mengingatkan kita supaya kita melepaskan semua keterikatan dengan apapun dalam hidup sehari-hari supaya kita berpusat kepada mengarahkan diri dan kehidupan kepada Tuhan saja.

Ketiga, pertobatan dengan sungguh-sungguh. Kesadaran diri bahwa Kerajaan Allah sudah dekat membawa kita instrospeksi diri. Saat melakukan instropeksi diri inilah maka kita akan mengenali dan melihat siapa diri kita. Jika kita benar mengalami intsropeksi diri maka sampailah kita pada kesadaran diri akan kehinaannya dihadapan Allah yang agung. Tidak usah lagi kita mengukur atau menimbang seberapa besar dan berat dosa kita. Pertobatan adalah penyerahan diri dalam ketidakberdayaan diri atas segala dosa dan pelanggaran kita. Dalam pertobatan yang sungguh-sungguh, Tuhan mampu mengubah petaka menjadi berkat, derita menjadi sukacita. Lihatlah Niniwe yang disebut jahat, begitu seluruh penduduknya bertobat maka Tuhan pun mengubah penghukuman dengan kehidupan. Demikian juga dengan kita sekalian jika kita bertobat dengan sungguh-sungguh maka kini yang tersisa dalam diri kita hanyalah kehendak Tuhan saja bagi kehidupan kita.

 

Totalitas Melayani

Dibutuhkan totalitas dalam setiap pelayanan gereja kita ini. Kita tidak bisa setengah-setengah apalagi hitung-hitungan dalam pelayanan di gereja ini. Keteladanan itu diberikan oleh para pendahulu kita sampai gereja kita seperti saat ini. Dan keberlangsungannyapun membutuhkan totalitas kita hari ini. Kita mampu melayani Tuhan dengan total jikalau kita dengan sepenuh hati percaya dan tanpa syarat bahwa Yesus adalah Tuhan, bahwa Allahlah yang menjadi raja dalam kehidupan kita bukan kepentingan dan ego kita, dan yang tidak kalah pentingnya adalah karena kita telah selesai dengan diri dan dosa kita dalam pertobatan yang sungguh-sungguh. Jika pelayanan dan kehidupan ini didasarkan kepada ketiga hal ini  maka kita akan mempu melayani baik di dalam gereja maupun kepada alam semesta ini. Tuhan memberkati. (to2k)

 

Nyanyian: KJ.  363

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi

Pambuka

Saben wonten adicara mirunggan ing greja, tamtu kita manggihi kathah warga ingkang sami lelados kanti estu lan tumemen. Umpaminipun wonten adicara pahargyan Natal, kita badhe manggihi warganing pasamuwan ingkang kanthitotal dherek lelados. Parepatan ingkang estunipun kedah ngurbanaken tenaga dipun lampahi kanthi bingah, sanadyan wangsul saking nyambut damel raga kraos lungkrah inggih tetep kemawon dherek parepatan. Tenaga dalah pikiran kapisungsungaken kanthi sukabingah ngayahi peladosan punika. Malah kepara wonten ing dalem mboten nate nyapu, ngepel ananging wonten ing greja malah ngayahi pendamelan punika. Malah kathah ingkang sumedya tekor kagem nyekapi kabetahanipun adicara mboten anamung nalika tumindhakipun adicara kepara malah nalika cecawis sampun kathah warga ingkang sumedya ngedalaken arta kagem kabetahanipun panitia.

Menawi kepingin pirsa babagan totalitas peladosan, estunipun wonten ing pasamuwan punika kita saged sinau dhateng warganipun pasamuwan. Wekdal,tenagi, donyabrana malah gengsi sami kapasrahaken ing peladosanipun pasamuwan. Tamtu menawi totalitas peladosan kados mekaten tetales tulusing manah tansah badhe anjalari sukabingah dumateng sok sinten ingkang nadhukaken.

 

Totalitas Ndherek Gusti

Totalitas dherek Gusti ugi dipun wujudaken dening 4 sekabat ingkang kaserat wonten ing waosan Injil dinten punika inggih punika Simon, Yakobus, Yokanan lan Andreas. Waosan punika nedahaken kados pundi 4 sekabat punika nalika nampeni timbalanipun Gusti Yesus saweg sagah lajeng dherek tutwingking Gusti. Para sekabat punika enggal-enggal ringket anggenipun dherek Gusti. Jarring, prau lan uga tiyang sepuhipun dipun tilar awit dherek Gusti. Kasil punapa ingkang dipun dipun tampi ? Tata materi para sekabat  mboten pikantuk punapa-punapa malah koncatan katah materi ananging raos sukabingah punika ingkang karaosaken dening para sekabat. Pramila saged kita wastani bilih totalitas dherek Gusti punika jalari kabingahan tan pepindan kaliyan punapa kemawon. Pitakonipun: kados pundi supados kita sadet dherek Gusti kanti total ?

Sepindah, pitados tanpa syarat bilih Yesus Kristus punika Gusti Allah piyambak. Kita saget sinau saking 4 sekabat inggih punika Simon, Yakobus, Yokanan lan Andreas nalika dipun panggihi lan dipun ulemi dening Gusti mboten mawi syarat langsung pitados malah enggal-enggal ndherekaken Gusti Yesus ngantos nilar perahu, jarring lan ugi tiyang sepuhipun. Punapa sakderengipun para sekabat punika sampun wanuh kaliyan Gusti Yesus ? Dereng wanuh, menawi mireng asmanipun Gusti Yesus mbok menawi sampun ananging menawi wanuh kaliyan Gusti lan mangertosi sejatinipun Yesus tamtu dereng. Mantepipun para sekabat nilar gesang padintenan lajeng ndherek Gusti Yesus menika pratandanipun pitados tanpa umpami. Tamtu pitados tanpas umpami menika boten gampil lan betahaken proses, ananging sampun ngantos proses punika andadosaken kita mangu-mangu anggenipun pitados bilih Yesus punika estu Gusti Allah piyambak. Mangu-mangu punika kosokwangsulipun pitados. Bilih kita sampun mangu-mangu dumateng Gusti Yesus punapa mangu-mangu bilih Yesus punika estu Gusti, kita punika sampun koncatan kapitadosan.

Kaping Kalih, kita sami emut bilih Krastonipun Allah punika sampun caket. Babagan punika ingkang kadawuhaken dening Gusti Yesus piyambak wonten Markus 1:15. Tamtu dawuh pangandika punika katujokaken supados saben tiyang lerem sawetawis saking sedaya tumindhak kadonyan lan sumedya mberek manahipun katujokaken dateng Kratonging Allah. Umpami kita sak mangke saweg sibuk kaliyan diri pribadi ngantos nglirwakaken diri anggen cecawis nampeni Kratoning Allah utawi anamung sekedik sanget anggenipun kita tumemen nyawisaken diri nyambut Kratonipun Allah, lantaran dawuh punika kita dipun emutaken malih supados sami siyaga lan nata manah saget nampeni Kratonipun Allah. Pramila ing mriki kita saged mangertosi bilih Kratonipun Allah punika mboten anamung kiamat ingkang gegirisi ananging Kratonipun Allah ugi wekdal supados gesang kita tumuju dumateng Gusti Allah minangka ratu ingkang mranata gesang kita sami. Menika ngemu teges bilih sak mangke kita mboten dadosaken diri, pendamelan, karir utami babagan sanesipun ngaling-elingi Gusti ingkang dados raja wongten ing gesang kita. Kanti mengertosi bilih Kratonipun Allah sampuk caket, kita sak mangke dadosaken Gusti Allah piyambak ingkang mranata lan ingkang nguwaosi gesang kita. Rasul Paulus wonten ing serat Korinta malah paring pepiling supados kita saget nguwalaken diri saking sedaya ingkang mbondo gesang kita lan naming tumemen nujukaken gesang kita dumateng Gusti Allah kemawon.

Kaping Tiga, mratobat kanti estu. Mangertosi bilih Kratonipun Allah sampun caket andadosaken kita mawas diri. Nalika mawan diri kita sansaya mangertosi jati diri kita bilih kita punika manungsa ingkang ringkih lan kebak ing dosa ingkang gesangipun wonten ngarsanipun Gusti Maha Agung. Bilih kesadaran diri punika entu ttemanem wonten ing batos kita lajeng andadosaken kita kanti estu mratobat saking sekatahipun dosa. Gusti mboten nate nimbang lan ngetang sepintes ageng lan gungungipun dosa kita, ananging Gusti nyuwun sepinten anggen kita estu-estu nelangsani dosa dalah mratobat. Pamratobat inggih punika pasrah sumarah dumateng Gusti. Bilih kanti estu kita mratobat, Gusti badhe gantos sekatahing dosa punika kanti kasucenipun, pati kaliyan gesang langgeng, bilahi kagantos dening berkah. Kados dene Niniwe ingkang mratobat dipun luwari bebendu dening Gusti Allah makaten ugi kita sami tamtu bade dipun luwari dening Gusti. Pamratobat kanti estu punika sak mangke andadosaken gesang kita anamung sumedya nidhakaken kersanipun Gusti Allah.

 

Totalitas Lelados

Wonten ing pasamuwan punika dipun betahaken peladosan kanti total. Kita mboten saget anamung setengah-setengah punapa malih itung-itungan menawi ngladosi ing pasamuwan. Para sepuh ingkang ngrumiyini kita sampun paring tulada punika ngantos gereja kados dene sak mangke. Kelajenganipun gesang pasamuwan punika taksih lan tansah betahaken totalitas kita. Kita saget ngladosi Gusti kanti total menawi sedaya peladosan punika kita ayahi kanti pitados bilih Yesus ingkang kita ladosi punika estu Gusti Allah piyambak, lan anamung Gusti Allah punika ingkang mranata lan dados raja tumrap gesang kita sanes ego kita, lan ingkang estu dados underan bilih kita sampung rampung kaliyan diri sendiri awit kita sampun estu mratobat dumateng Gusti Allah. Bilih kita saget nandukaken tigang perkawis punika tamtu kita tansah saged ngladosi Gusti wonten ing pasmuwan punika lan ugi dumateng sesam lamah sakindenge donya. Gusti Berkahi kita sami. Amin (to2k)

 

Pamuji: KPJ. 427

Renungan Harian

Renungan Harian Anak