Khotbah Minggu 18 Desember 2016

7 December 2016

MINGGU, 18 DESEMBER 2016
MINGGU ADVEN 4
STOLA  HIJAU

 

Bacaan 1                     : Yesaya 7: 10-16
Bacaan 2                     : Roma 1: 1-7
Bacaan 3                     : Matius 1: 18-25

Tema Liturgis             : Menjadi Berkat Bagi yang Lainnya
Tema Khotbah            : Mengakui Dia sebagai sumber berkat

 

Keterangan Bacaan

Yesaya 7: 10-16

Dia berjanji menyertai keturunan Daud untuk memimpin umat-Nya. Walau Ahas menolak meminta tanda dari Tuhan, Tuhan tetap menyatakan tanda tersebut. Inti dari tanda bukan pada wanita muda yang mengandung, melainkan pada kehadiran anak yang diberi nama Imanuel, “Allah beserta kita” (ayat 14). Penyertaan Tuhan mengakibatkan kedua musuh Yehuda, yaitu Israel dan Aram akan mengalami kehancuran di tangan Asyur (ayat 16).

Apakah yang dipikirkan Ahas ketika ia memutuskan untuk meminta tolong kepada Asyur? Ketika itu Ahas dalam keadaan panik dan takut, sebab Aram dan Israel akan menyerang Yehuda. Karena ketakutannya itulah maka Ahas melakukan tindakan yang “rasional”. Sebagai seorang kepala negara, ia harus memikirkan keselamatan bangsanya dan dirinya sendiri. Ia tidak bisa menunggu lagi karena Aram dan Israel akan segera menghancurkan Yerusalam dan Yehuda. Ia harus bertindak cepat, berpikir logis dan minta bantuan kepada Asyur. Harus, harus, harus! Kelihatannya Ahas sudah terjebak dengan situasi. Pada waktu itu, memang tidak gampang — Ahas diminta Allah untuk beriman. Dalam situasi krisis, bukankah beriman merupakan pilihan paling akhir yang akan diambil oleh seorang yang berpikir logis?

Ahas diminta untuk memohon sebuah tanda. Sayang sekali, Ahas sudah menutup hatinya. Ia tidak akan mengubah keputusannya untuk meminta tolong kepada Asyur. Karena itu, Tuhan memberikan tanda meskipun Ahas tidak memintanya. Pemberian tanda ini merupakan sebuah demonstrasi yang dilakukan Allah untuk menentang Ahas. Allah ingin menunjukkan bahwa janji-Nya pasti terlaksana namun Ahas tetap buta. Tanda yang diberikan adalah akan lahirnya seorang anak sebagai simbol Imanuel, simbol bahwa “Allah beserta dengan kita [umat-Nya].” Namun, Ahas tetap keras hati. Maka, Allah menunjukkan bahwa Asyur akan memusnahkan Yehuda.

 

Roma 1: 1-7

Hati sebagai hamba

Paulus bukanlah pendiri jemaat di Roma, tak heran bila mereka tidak mengenal dia. Paulus menyadari ini maka di awal surat, ia memperkenalkan dirinya terlebih dulu. Hal penting yang perlu diketahui jemaat Roma adalah otoritasnya dalam menulis surat. Dengan gamblang, Paulus menyebut identitas dirinya sebagai hamba dan rasul Kristus (ayat 1). Identitas itu dia miliki bukan karena keinginan sendiri, melainkan karena ia dipanggil dan dikuduskan untuk itu (ay 1).

Sebagai rasul, Paulus bertugas memberitakan Injil Kristus. Dialah Anak Allah yang berkuasa, yang bangkit dari antara orang mati (ayat 2-4). Injil itu adalah penggenapan nubuat para nabi dalam zaman PL. Selain itu, Paulus bertugas menuntun semua bangsa agar percaya dan taat kepada Kristus (ayat 5). Termasuk di dalamnya adalah orang-orang Roma (ayat 6). Meski Paulus tidak mengenal jemaat Roma sebelumnya, tetapi pemahaman akan tugasnya sebagai rasul membuat Paulus tidak sungkan menulis surat kepada mereka untuk menyampaikan pengajarannya. Hati Paulus sebagai hamba Kristus membuat ia merasa berkepentingan untuk melayani mereka.

Paulus memperkenalkan dirinya sebagai hamba Yesus dan Rasul. Dua istilah yang sangat kontras. Hamba (bhs. Yn. doulos) adalah seorang yang tidak memiliki hak apa-apa, hanya bergantung penuh kepada pemiliknya. Rasul adalah seorang utusan Allah. Di sinilah paradoksnya panggilan seorang hamba Tuhan. Tuhan berdaulat memilih dan memanggil seseorang menjadi rasul atau hamba-Nya untuk diutus-Nya, namun orang tersebut harus merespons dengan ketaatan total (ayat 5).

Tugas seorang rasul atau hamba Tuhan adalah memberitakan Injil. Berita Injil bukan peraturan-peraturan untuk mendapatkan keselamatan, bukan juga janji-janji masa depan yang pasti. Berita Injil adalah Yesus Kristus sendiri sebagai manusia sejati keturunan Daud (ayat 3), sekaligus Anak Allah yang berkuasa yang telah bangkit dari kematian (ayat 4). Hakikat dwisifat Yesus Kristus inilah yang menjadikan Injil berkuasa menyelamatkan setiap manusia yang percaya dan menerima-Nya.

Berita Injil ini bukan sesuatu yang sama sekali baru bagi orang Yahudi karena para nabi Perjanjian Lama telah jauh hari menubuatkan kedatangan Mesias (ayat 2). Oleh karena itu, Paulus yakin bahwa pemberitaannya itu konsisten dengan keseluruhan kebenaran dan kehendak Allah yang dinyatakan dalam firman-Nya dan yang sudah diterima oleh anak-anak Tuhan Roma (ay 6).

 

Matius 1: 18-25

Yusuf adalah salah seorang tokoh Alkitab yang mempunyai karakter mengagumkan. Mengikuti tradisi orang Yahudi, ia telah bertunangan yang akan mengikatnya menuju pernikahan. Banyak ahli Alkitab mengasumsikan bahwa Yusuf adalah seorang yang sudah cukup umur.

Sesudah bertunangan, Maria tinggal bersama orang tuanya sampai cukup usia untuk menikah, kemudian pindah ke rumah Yusuf. Ketika Yusuf mengetahui Maria hamil, ia memperlihatkan belas kasihan yang luar biasa. Ia tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum meskipun hatinya sakit dan telah dikhianati, ia bermaksud menceraikan istrinya diam-diam. Matius menyebut Yusuf sebagai orang yang benar (19: terjemahan yang lebih tepat daripada tulus hati). Mengapa? Menurut hukum Taurat, hukuman untuk perzinahan adalah dilempari batu hingga mati. Apakah tindakan Yusuf terhadap Maria dapat dikatakan benar? Tidakkah ia benar jika menuntut Maria dihukum sesuai dengan hukum Taurat? Jawabannya terletak pada fakta bahwa `benar’ dalam Perjanjian Lama adalah sesuai dengan hati Allah dan hukum-Nya. Bahkan Saul pun menyadari bahwa kemurahan hati lebih mendemonstrasikan kebenaran daripada kaku mengikuti hukum yang berlaku ketika ia menangis kepada Daud, `Engkau lebih benar dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu’ (I Sam. 24:18). Yusuf menerapkan prinsip ini. Meskipun ia menganggap Maria sudah memperlakukan dia tidak baik, ia tetap akan memperlakukan Maria dengan baik. Karena itu secara rohani dan jasmani, Yusuf adalah anak Daud yang sejati (Mat. 1:20).

Perjanjian Baru tidak banyak berbicara tentang Yusuf kecuali yang tercatat dalam kitab ini. Yusuf adalah seorang manusia seperti nenek moyangnya – yaitu Daud – yang mempunyai hati untuk Allah dan belas kasihan yang besar untuk sesamanya.

 

Benang Merah Tiga Bacaan

            Sebagai seorang hamba Tuhan, Yusuf mendengarkan suara Tuhan dan menunjukkan sikap yang sangat terpuji demi terlaksananya karya penyelamatan Allah.

 

 

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia

Pendahuluan

            Bagaimana rasanya dikhianati? Bagaimana rasanya jika orang yang kita kasihi, atau kita cintai, kita tolong dengan tulus, kemudian tidak membalas kebaikan kita, atau bahkan membuat nama kita tercemar? Tentu kecewa, susah, gelisah, bahkan hati rasanya sakit. Perasaan itu wajar. Apa yang biasanya kemudian dilakukan? Biasanya yang dilakukan adalah membalas, balik menyakiti orang itu entah dengan kata-kata atau bahkan dengan perbuatan. Reaksi demikianpun adalah wajar, tetapi tidak baik.

 

Isi

Yusuf pada awalnya merasa bahwa dia sudah dikhianati oleh Maria. Yusuf tentu mencintai Maria, sehingga dia melamarnya, bertunangan dengan dia. Dengan lamaran dan pertunangannya itu Yusuf bermaksud akan menikahi dia. Kita tahu bahwa pertunangan adalah ikatan untuk menuju perkawinan yang sah. Jadi Yusuf dan Maria sudah terikat dalam perjanjian untuk menikah.

Tetapi tiba-tiba Yusuf mengetahui bahwa Maria mengandung. Yusuf terkejut karena dia merasa yakin bahwa dia tidak melakukan apapun yang bisa membuat Maria mengandung bayi. Yusuf tidak melakukan apapun yang bisa membuat nama Maria dan dirinya tercemar. Sebagai orang yang benar dan saleh tentu Yusuf selalu berusaha menjaga kesucian hidup mereka, menjaga nama baik mereka berdua.

Menurut pandangan Yusuf, Maria pasti mengandung karena perbuatannya dengan pria lain. Maria telah mengkhianatinya. Maria mengkhianati cinta Yusuf. Padahal Yusuf sudah melamarnya, pada saatnya pasti akan menikahinya. Maria telah mencemarkan nama Yusuf dan namanya sendiri. Tentu semua orang yang mengetahui dia mengandung, menganggap Yusuflah yang membuat Maria mengandung sebelum mereka resmi kawin.

Menurut pandangan Yusuf, Maria telah sangat mengecewakan dan menyakiti hatinya. Mestinya Yusuf gelisah dan sedih karenanya. Sekalipun demikian, Yusuf tidak mau mengecewakan atau menyakiti balik hati Maria. Yusuf tidak membalas Maria. Yusuf tidak berencana mencemarkan nama Maria dengan terang-terangan menceraikan atau memutus hubungan pertunangannya dengan Maria. Yusuf memang berencana menceraikan Maria, tetapi itu akan dilakukannya dengan diam-diam, sembunyi-sembunyi, supaya nama Maria tidak tercemar.

Ketika dalam kegelisahan dan rencananya itu, Yusuf didatangi malaikat Tuhan. Dia memberitahu Yusuf bahwa Maria mengandung karena kuasa Roh Kudus. Tentu berita malaikat itu sulit diterima. Sebab, tidak pernah ada seorangpun di dunia yang mengandung bayi karena kuasa Roh Kudus. Tetapi, yang sulit itu diterima oleh Yusuf.

Oleh karena itu, setelah diingatkan oleh malaikat Tuhan itu, Yusuf tidak ragu-ragu mengambil Maria menjadi isterinya. Keputusan Yusuf itu tentu tidak mudah, mengandung konsekwensi. Sebab, keputusannya itu akan mengundang pandangan negatif masyarakat terhadap Yusuf dan Maria, karena Maria mengandung sebelum mereka resmi kawin. Namun demikian, resiko itu diambil oleh Yusuf. Demikianlah nyata bahwa Yusuf adalah orang yang sangat baik.

 

Penutup

            Sebenarnya jika kita periksa secara teliti sikap dan perilaku kita yang sudah lewat kita akan menyadari bahwa betapa seringnya kita berkhianat kepada Tuhan. Sebab, tentu kita menyadari bahwa Tuhan selalu mengasihi dan manyayangi kita. Dengan setia Dia memelihara dan memberkati hidup kita setiap hari. Dia tidak pernah berpaling dari kita. Tetapi kita begitu seringnya tidak menghargai Dia, kita tidak menghormati Dia, tidak menghargai kasih dan berkat-berkatNya. Jika kita sukses, mendapat rejeki, keselamatan, kita sering mengklaim di hadapan orang lain bahwa itu semua karena usaha keras kita, itu adalah karena kemampuan kita, itu adalah keberuntungan kita. Kita sering hanya mencari kesenangan diri kita tanpa peduli akan kehendakNya. Kalau kita melakukan perintahNya, kita hanya ingin selamat dari celaka, kita ingin mendapat berkatNya.

Oleh karena itu, di Minggu Adven ini, dalam mempersiapkan diri menyambut kedatanganNya yang kedua kali, kita harus bertobat dari pengkhianatan kita. Kita harus menyesalinya sungguh-sungguh. Kita harus berubah. Di hadapan semua orang, kita harus mengakui dari dalam kalbu bahwa segala kebaikan yang kita alami dan kita peroleh adalah karena kasih sayang dan kemurahan Tuhan. Semua adalah pemberianNya kepada kita. Dengan begitu, kita akan dimampukan untuk bisa menjadi berkat bagi yang lainnya. Kita tidak menyebabkan orang lain kecewa, rugi, sakit hati. Dengan begitu, nama Tuhan dimuliakan dan dimasyhurkan. [st]

 

Nyanyian: KJ 85: 1, 4, 8.

 

 

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi

Bebuka

Kados raosipun dipun kianati? Kados raosipun menawi tiyang ingkang kita tresnani, kita tulungi kanthi tulus, lajeng boten males kasaenan kita, utawi malah ndamel nami kita wirang? Tamtu kuciwa, sisah, manah raosipun sakit. Perasaan menika limrah. Menapa ingkang adatipun lajeng dipun tindakaken? Umumipun lajeng males, balik nyakiti tiyang menika kanthi kitembungan utawi malah kanthi tumindak. Tumindak mekaten menika ugi limrah, nanging boten sae.

 

Isi

Yusuf wiwitanipun rumaos sampun dipun kianati dening Maryam. Yusuf tamtu tresna sanget dhateng Maryam, temah piyambakipun nglamar lan pacangan kaliyan Maryam. Kanthi lamaran lan pacangan menika Yusuf nedya ngarwa Maryam. Kita mangertos bilih pacangan menika suhing katresnan tumuju dhateng neningkahan ingkang resmi. Dados Yusuf lan Maryam sampun nangsuli prajanji badhe neningkahan.

Nanging dumadagan Yusuf nyumurupi bilih Maryam mbobot. Yusuf kaget, karana piyambakipun rumaos boten tumindak menapa-menapa ingkang saged ndamel Maryam mbobot. Yusuf boten nindakaken menapa-menapa ingkang ndamel namipun Maryam lan piyambakipun wirang. Minangka tiyang ingkang leres lan mursid, tamtu Yusuf tansah mbudidaya njagi kasucening gesangipun kekalih, njagi kasaenananing naminipun kekalih.

Miturut pamawasipun Yusuf, Maryam mesthi mbobot karana tumindakipun kaliyan priya sanes. Maryam sampun tumindak cidra dhateng Yusuf. Maryam tumindak cidra dhateng katresnanipun Yusuf. Kamangka Yusuf sampun nglamar piyambakipun. Ing titi wancinipun Yusuf mesthi badhe ngrabi piyambakipun. Maryam sampun mirangaken naminipun Yusuf lan naminipun piyambak. Saben tiyang ingkang nyumurupi bilih Maryam mbobot, tamtu nganggep bilih Yusuf ingkang ndamel Maryam mbobot saderengipun sami neningkahan.

Miturut perasaanipun Yusuf, tamtu Maryam sampun nguciwani sanget lan nyakiti manahipun Yusuf. Mesthinipun Yusuf dados sedhih karana menika. Ewasamanten, Yusuf boten purun balik nguciwani utawi nyakiti manahipun Maryam. Yusuf boten mlaes awon dhateng Maryam. Yusuf boten ngrancang badhe mirangaken naminipun Maryam srana trang-trangan megat utawi medhot pacanganipun kaliyan Maryam. Yusuf pancen ngrancang badhe megat Maryam, nanging menika badhe katindaken sesidheman, supados naminipun Maryam boten kawirangaken.

Ing salebeting kasisahan lan rancanganipun menika, Yusuf dipun rawuhi malaekatipun Gusti. Malaekat menika paring katrangan dhateng Yusuf bilih Maryam mbobot karana pangwasaning sang Roh Suci. Tamtu pawartos menika ewet sanget saged dipun tampi nalar. Awit, dereng nate wonten setunggal kemawon ing donya wanita ingkang mbobot kara pangwasaning Sang Roh Suci. Nadyan makaten, ingkang ewet saking Gusti menika dipun tampi kemawon dening Yusuf.

Karana saking menika, sareng dipun dhawuhi dening malaekat menika, Yusuf tanpa mangu-mangu mundhut Maryam dados garwanipun. Keputusanipun Yusuf menika tamtu boten gampil, menika ngemu risiko. Karana, keputusan menika badhe murugaken pamawas awon saking masyarakat dhateng Yusuf lan Maryam, awit Maryam mbobot saderengipun resmi sami neningkahan. Nadyan makaten, risiko menika dipun sangga dening Yusuf. Lah mekaten nyata bilih Yusuf menika tiyang ingkang sae sanget.

 

Panutup

Sejatosipun menawi kita titi priksa kanthi taliti lan jujur polah tingkah kita ingkang sampun kelampahan, kita mesthi ngrumaosi bilih saiba asringipun kita tumindak kianat dhumateng Gusti. Awit, tamtu kita ngrumaosi lan ngraosaken bilih Gusti dhatan kendhat nresnani kita. kanthi setya tuhu Panjenenganipun ngrimati lan mberkahi gesang kita saben dinten. Panjenenganipun boten nate mlengos saking kita. Nanging kita asring sanget boten ngajeni Panjenenganipun, kita boten ngurmati Panjenenganipun, kita boten ngajeni sih katresnan lan berkah-berkahipun Gusti. Buktinipun, menawi kita sukses, pikantuk rejeki kathah, slamet, ing ngajenganipun tiyang sanes kita nganggep bilih sedaya menika karana pambudidaya kita, menika karana kapinteran kita, menika keberuntungan kita. Kita asring pados kasenengan kita pribadi tanpa maelu dhateng karsanipun Gusti. Menawi kita nindakaken pepakenipun, menika karana kita kepengin slamet saking bilai, kita kepengin pikantuk berkah-berkahipun.

Pramila saking menika, ing Minggu Adven menika, ing salebeting kita nyawisaken dhiri mapag rawuhipun Gusti Yesus ingkang kaping kalih, kita kedah mratobat saking pengkhianatan kita. Kita kedah nlangsani pengkhianatan kita menika kanthi temen-temen. Kita kedah ngalami ewah-ewahaning gesang ingkang sae. Ing ngajenganipun sedaya tiyang, kita kedah ngakeni saking lebeting kalbu bilih sedaya kasaenan ingkang kita alami menika namung karana sih katresnan lan kamirahanipun Gusti. Sedaya menika peparingipun Gusti dhateng kita. Klayan mekaten, kita badhe kasagedaken dados berkah kagem tiyang sanes. Kita boten njalari tiyang sanes kuciwa, rugi, sakit manahipun. Klayan mekaten, asmanipun Gusti kamulyakaken lan kasuwuraken ing jagad. Amin. [st]

 

Pamuji: KPK 210: 1, 2.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak