Khotbah Malam Natal 24 Desember 2016
Bacaan 1 : Yesaya 9:2-7
Bacaan 2 : Titus 2:11-14
Bacaan 3 : Lukas 2:1-7
Tema Liturgis : Kehadiran Kristus Memberi Terang Hidup
Tema Khotbah : Natal menghadirkan kasih kebenaran dalam kesederhanaan, kebersahajaan.
Keterangan Bacaan
Yesaya 9:2-7
Yesaya berbicara tentang datangnya seorang pelepas yang pada suatu hari akan menuntun umat Allah kepada sukacita, damai sejahtera, kebenaran, dan keadilan; orang itu adalah Mesias — Yesus Kristus, Anak Allah. Nubuat ini menyatakan beberapa kebenaran penting tentang Mesias yang akan datang.
Yes 9:5: Ayat ini menubuatkan kelahiran Mesias, Yesus Kristus. Kelahiran-Nya akan terjadi pada saat dan di tempat tertentu di dalam sejarah, dan Anak Mesianis ini akan lahir dengan cara yang unik dan menakjubkan. Yesaya mencatat empat nama yang akan menandai tugas-Nya selaku Mesias.
- Penasihat Ajaib. Mesias sendiri akan menjadi keajaiban adikodrati (kata Ibr. _pele’_ hanya dipakai untuk Allah, tidak pernah untuk manusia atau pekerjaannya; bd. Yes 28:29); Ia akan menunjukkan sifat-Nya melalui semua perbuatan dan mukjizat-Nya. Penasihat Ajaib ini akan merupakan penjelmaan hikmat sempurna dan mempunyai kata-kata hidup kekal; selaku Penasihat, Ia akan menyingkapkan rencana keselamatan sempurna (bd. pasal Yes 11:1-16).
- Allah yang Perkasa. Di dalam Mesias seluruh kepenuhan ke-Allahan akan berdiam secara jasmaniah (Kol 2:9; bd. Yoh 1:1,14).
- Bapa yang Kekal. Ia bukan hanya datang untuk memperkenalkan Bapa sorgawi, tetapi Ia sendiri akan bertindak terhadap umat-Nya secara kekal bagaikan seorang Bapa penuh belas kasihan yang mengasihi, melindungi, dan menyediakan kebutuhan anak-anak-Nya (bd. Mazm 103:13).
- Raja Damai. Pemerintahan-Nya akan membawa damai dengan Allah bagi umat manusia melalui pembebasan dari dosa dan kematian (Yes 11:6-9; bd. Rom 5:1; 8:2).
Titus 2:11-14
2; 11 Kasih-karunia, ialah belaskasihan Allah, 1Kor 1:4+, kebaikan hatiNya serta kasihNya kepada manusia, 3:4, sudah menjadi nyata dan begitu didahulukan “penyataanNya” kelak, ay 13; 1Tim 6:14+. Ini (ay 11-14 dan 3:4-17) suatu keterangan padat yang lain (bdk 1:1-3) tentang keselamatan hasil serta tuntutan-tuntutannya. Pada hari raya Natal ibadat memanfaatkan kedua nas itu.
Tit 2:14
Kristus mencurahkan darah-Nya di salib (1Pet 1:18-19) supaya penebusan atas dosa manusia terjadi dan para umat menjadi mat kudus milikNya
Lukas 2:1-7
Kelahiran sang Juruselamat, peristiwa terbesar dalam segenap sejarah, terjadi dalam keadaan yang paling sederhana. Yesus adalah Raja atas segala raja, tetapi Ia tidak dilahirkan atau hidup seperti seorang raja dalam hidup ini. Umat Allah adalah raja dan imam, tetapi di dalam hidup ini kita harus seperti Dia – rendah hati dan sederhana. Tempat kelahiranNya bukan spesifik untuk persalinan, bahkan terkesan terjadi di areal publik. Kata penginapan yang ada di Alkitab kita merupakan terjemahan dari kata kataluma yang artinya lebih tepat diterjemahkan sebagai”ruang tamu” atau ”ruang atas” ketimbang diterjemahan sebagai “penginapan”. Sedangkan untuk kata penginapan biasanya dipakai kata pandoceion. Jadi bukan karena penginapan sudah penuh tetapi karena ruang tamu yang sudah penuh, maka Maria melahirkan di ruang bawah…yakni sebuah ruang berdekatan denga ruang ternak sehingga di situpun terletak sebuah palungan.
Kirenius menjadi wali negeri di Siria. P. Sulpicius Quirinius dijadikan wali negeri Siria pada tahun 6 M, dan mengadakan sensus di Yudea pada waktu itu. Terdapat bukti tentang kesejarahan Yesus yang dapat dipercaya bahwa dia menjadi wali negeri selama dua masa bakti, dan bahwa masa baktinya yang pertama adalah dari tahun 4 sM hingga 1 M. Sensus yang dijalankan sebelumnya mungkin berakhir ketika dia mulai bertugas.
Benang merah 3 bacaan
Belas kasih Allah telah turun dihadirkan untuk menyelamatkan manusia dan dunia ini.
RANCANGAN KHOTBAH Malam Natal 24 Desember 2016: Bahasa Indonesia
Pendahuluan
Karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Tidak sedikit orang berangkat dari Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem sehingga tidak ada lagi tempat yang layak bagi Maria, Yusuf dan Bayi mereka.
Isi
Hari ini adalah di mana orang Kristen sedang merayakan Natal. Ia tidak mendapat tempat yang layak bagi Maria ibunya untuk melahirkanNya. Dunia seolah sedang gegap gempita menyambut, memberi tempat untuk Dia hadir, tetapi sesungguhnya mereka sedang merayakan dirinya sendiri.
Kata penginapan yang ada di Alkitab kita merupakan terjemahan dari kata kataluma yang artinya lebih tepat diterjemahkan sebagai ”ruang tamu” atau ”ruang atas” ketimbang diterjemahan sebagai “penginapan”. Sedangkan untuk kata penginapan biasanya dipakai kata pandoceion. Jadi bukan karena penginapan sudah penuh tetapi karena ruang tamu yang sudah penuh, maka Maria melahirkan di ruang bawah…yakni sebuah ruang berdekatan dengan ruang ternak sehingga di situpun terletak sebuah palungan.
Kata “tidak ada tempat di penginapan” kini dapat kita artikan sebagai karena tidak ada tempat di ruang tamu. Artinya bagi kita walau yang ada bukan tempat yang tepat, tetapi Bayi Yesus tetap lahir. BagiNya tempat bukan yang utama. Yang lebih diutamakan adalah IA bisa hadir terlahir di tengah komunitas manusia. Yang dapat kita teladani di sini adalah kerendahan hati Allah. Ia mengambil rupa sebagai manusia, bahkan dalam kelahiranNya gradasinya lebih rendah dari tempat kelahiran manusia. Yakni bukan di ruang domestik yang permai, yang cemepak paten untuk persalinan, atau sekedar ruang domestik biasa (ruang tamu), tidak juga. Tetapi berkenan kunjunganNya lewat gerbang persalinan di ruang publik yang berstrata paling bawah, bersama-berdekatan dengan kandang ternak, kandang domba. Dan palungan, yakni sebagai tempat pembaringanNya. Sangat bersahaja atas lingkungan sekitarnya, kontek sekitar terserap membungkus kedatanganNya.
Jemaat pada kesempatan yang indah ini, mari sejenak kita mengheningkan cipta untuk mendalami, masuk pada penghayatan bagaimana bentuk perayaan Natal yang kita lakukan? Masih adakah aura kesederhanaan, kebersahajaan dan kerendahan hati Kristus sebagai butir utama yang kita kembangkan dalam prosesi peringatan ataupun perayaan. Mungkinkah Natal kita sudah bergeser menjadi seperti yang dikemas oleh industri: dengan berkemas makan-makanan menu Eropa, jajanan berkemas pabrik. Dan sandang harus istimewa-baru? sehingga… bukan rahasia lagi jika Natal tiba maka harga pangan dan sandang dan pemakaian hotel meningkat tajam. Kasihan lo…mereka yang tidak merayakan Natal juga terimbas kenaikan harga, walau di sisi lain juga senang karena di toko-toko megah besar biasanya ada diskon besar-besaran pula.
Natal sudah lebih berwajah seperti yang diarahkan industri dan makin terpinggirkan nilai-nilai kebersahajaan, kesederhanaan, kerendahan hati yang menyertai kelahiran Kristus.
Saudaraku, Bapak Ibu, Jemaat yang kekasih, sebenarnya hati kita tahu, yang harus kita teladani dari bagaimana cara Kristus lahir adalah kasihNya yang besar, sehingga Ia rela meninggalkan sorga dan memilih lahir dengan cara sederhana, bersahaja dalam kerendahan hati. Artinya kita sebenarnya bisa bernatalan dengan bentuk yang sederhana, misalnya tanpa jamuan, tanpa makan-makanan mahal lezat dan mahal, berpakaian atau dengan dekorasi yang alami bersahaja, menyerap aura kesederhanaan pada pejiwaan akan kasih Kristus yang menjadi acuan utama untuk diketengahkan.
Pada Natal tanggal 24 ini, mari berkomitmen merayakan Natal dengan bersahaja, memangkas anggaran belanja Natal. Demikian selain orientasinya berteladan pada Kristus, tetapi juga bagian dari sikap bertanggung jawab terhadap penanggulangan resesi ekonomi yang belum juga kelar membelenggu derap bangsa kita. Betapa salutnya, jempol… jika orang Kristen, gereja-gereja di Indonesia bersepakat akan hal di atas, sehingga jika Natalan perayaan keagamaan kita harga-harga tidak membumbung naik, tetapi tetap biasa, normal… karena kita memilih bernatalan dalam penekanan pada sisi penghayatan akan kesederhanaan, kerendahan hati yang semua dilandasi oleh Kasih Allah. Ini merupakan sikap dewasa dan bertanggng jawab dalam mengasihi Allah dan sesama: memberantas kemiskinan, hidup sehat, jujur, berhikmat dsb, yakni sikap-sikap hidup yang kompromi pada Kristus Sang terang Allah dan bukan larut pada pendekatan industri, pada Natal yang ditawarkan industri: Pemborosan, foya-foya dalam pangan dan sandang – papan mewah, yang justru berdampak memperparah tingkat inflasi dan korupsi, menggali lebih dalam lagi jurang strata sosial antara yang miskin dan kaya, meningkatkan operasi kejahatan dengan berbagai modus, dengan tingkat kesadisan yang terus melambung, membiasakan kaum muda pada sikap malas dan hedonis.
Penutup
Jemaat yang mengasihi Kristus, potret Natal pertama itu kiranya menjadi dokumen dasar dari pola kita bernatalan, maka akan nyambunglah, relevanlah keberadaan kita sebagai perpanjangan terang Kristus… mendatangkan rahmat dan damai sejahteraNya. Selamat Natal 2016. Amin. [evi]
Nyanyian: Kidung Jemaat 114: 1,2,3
—
RANCANGAN KHOTBAH Malam Natal 24 Desember 2016: Basa Jawi
Bebuka
Boten wonten papan kagem Maryam, Yusuf lan bayinipun ing papan penginepan. Boten sekedhik tiyang ingkang tindak saking Yudea dhateng kithanipun Sang Prabu Dawud, Betlehkem. Pramila boten wonten malih papan ingkang pantes kagem Maryam, Yusuf lan bayinipun.
Isi
Dinten menika tiyang Kristen saweg ngriyadinaken Natal. Gusti boten pikantuk papan ingkang pantes kagem Maryam, ibunipun, kagem mbabaraken. Donya saweg sukabingah surak pramudhita mahargya lan kadosipun nyawisi papan kagem Panjenenganipun rawuh, nanging sejatosipun donya saweg ngriyadinaken dhiri pribadinipun.
Tembung “penginepan” ing Kitab Suci kita menika pratelan saking tembung kataluma ingkang tegesipun langkung trep kapratelakaken minangka “mbale” (ruang tamu) utawi “kamar ing inggil” tinimbang kapratelakaken minangka “penginepan”. Dene kangge tembung “penginepan” adatipun migunakaken tembung pandoceion. Dados sanes amargi papan penginepan sampun kebak, nanging karana mbale sampun kebak, pramila Maryam mbabaraken ing kamar ngandhap, nggih papan celak kaliyan papanipun kewan, ing ngriku cumawis palungan.
Tembung “ora ana papan ing penginepan” samangke saged kita artosaken “ora ana papan ing mbale”. Ateges nadyan ingkang wonten menika sanes papan ingkang pantes, nanging Gusti Yesus tetep miyos. Menggahing Gusti, papan menika sanes prekawis ingkang utami. Ingkang langkung utami nggih menika Panjenenganipun saged rawuh miyos ing tengahing pakempalaning manungsa. Ingkang saged kita tulad ing ngriki nggih menika andhap asoring manahipun Allah. Panjenenganipun ngagem wujuding manungsa, malah ing salebeting kababaripun drajatipun langkung asor tinimbang papan lairipun manungsa. Papanipun sanes papan ingkang elok, sanes papan mirunggan kagem babaran, malah papan limrah kemawon ugi boten kacawisaken. Ewasamanten, Panjenenganipun tetep ngrawuhi manungsa lumantar margi kalairaken miturut tata lairipun manungsa ingkang asor piyambak drajatipun, sinarengan lan para kewan ing kandhangipun, lan palungan minangka papan dunungipun. Prasaja sanget. Kawontenan ingkang prasaja menika ingkang mbungkus rawuhipun.
Ing dinten ingkang endah menika, sumangga kita sawatawis ngeningaken panca driya ngraos-raosaken kados pundi pahargyan Natal ingkang kita tindakaken? Menapa taksih wonten swasana prasaja? Menapa taksih kacihna andhap asoring manahipun Sang Kristus minangka kautaman ingkang kedah ngrasuki pahargyan kita? utawi pahargyan Natal sampun ewah gingsir dados ingkang dipun gantha dening industri: srana tetedhan model Eropa, lan jajanan pabrik, tuwin sandhangan ingkang istimewa lan enggal? Temahan ing saindhenging dinten Natal reginipun pangan lan sandhangan sarta reginipun hotel mindhak inggil sanget. Mesakaken dhateng tiyang-tiyang ingkang boten mahargya Natal, nanging ugi kedah nanggel awising regi papan lan sandhang, nadyan ing toko-toko ageng adatipun wonten diskon ageng.
Natal sampun nedahaken swasana kados ingkang kagantha dening industri, saya tebih saking tatananing gesang ingkang prasaja lan andhap asor ingkang ngiring wiyosipun Sang Kristus.
Kita sedaya mangertos bilih ingkang kedah kita tuladhani saking wiyosipun Sang Kristus nggih menika katresnan ingkang ageng, temah Panjenenganipun lila nilaraken swarga mulya lan miyos kanthi cara ingkang prasaja lan asor sanget. Mesthinipun kita saged mahargya Natal kanthi prasaja, upaminipun tanpa pesta, tanpa dhaharan ingkang eca sanget lan awis, sandhangan lan dekorasi ingkang prasaja kemawon, mujudaken jiwa katresnanipun Sang Kristus ingkang dados tetales lan punjering pahargyan.
Ing Natal tgl 24 menika sumangga kita aprasetya ngriyadinaken Natal kanthi prasaja, nyuda wragating Natalan. Kejawi ngener dhateng tuladhanipun Sang Kristus, menika saged dados wujuding tanggel jawab kita nanggulangi resesi ekonomi bangsa kita ingkang dereng luwar. Saiba saenipun, jempolan…menawi tiyang Kristen, greja-greja ing Indonesia sami sarujuk tumrap bab ing inggil, temah ing dinten-dinten Natal reginipun bandha boten perlu mindhak, limrah kados padatan kemawon, karana kita natalan kanthi ngaosi watak prasaja lan andhap asor dhedhasar sihipun Allah. Menika dados wujuding sikep diwasa lan tanggel jawab anggen kita nresnani Allah lan sesami: mbrastha kamiskinan, gesang sehat, jujur, wicaksana, lsp. Menika watak lan patrap ingkang selaras kaliyan Sang Kristus Sang Pepadhang saking Allah lan boten katut dhateng geganthaning industri ingkang menawarkan: pemborosan, foya-foya ing bab sandhang lan pangan ingkang mewah, ingkang malah saya damel nflasi lan korupsi saya ndadra, ingkang ndamel jurang strata sosial antawisipun sugih lan miskin saya lebet, njalari tumindaking piawon (kejahatan) saya ndadra, mekaten ugi saya kathahing pratingkah cengkiling, ingkang ngulinakaken para kaum anem dados saya kesed lan hedonis (remen ingkang nikmat kemawon).
Panutup
Gegambaraning Natal ingkang wiwitan kalawau mugi dados dhasar lan model anggen kita ngriyadinaken Natal. Kanthi mekaten badhe cundhuk kawontenan kita minangkang sumoroting pepadhangipun Sang Kristus, ingkang ndhatengaken sih rahmat lan tentrem rahayu. Sugen Natal 2016. Amin. [terj. st]
Pamuji: KPK 232: 1,2