Tanda dari Alam

15 November 2017

Bacaan : Matius 24 : 29 – 35 | Pujian: KJ 428
Nats: “Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara : Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat.” [ayat 32]

Dalam dongeng masa lalu, seringkali diceritakan jika sebuah gunung akan meletus ada sebuah tanda alam yang mengawalinya. Tanda alam itu berupa seluruh hewan yang ada di hutan akan turun dari lereng gunun denggan panik. Jika melihat tanda tanda itu, masyarakat yang hidup di sekitar lereng pegunungan akan bertindak sigap. Mereka membunyikan kentongan untuk melakukan pengungsian ke tempat yang aman.

Alam dan lingkungan selalu memberikan tanda bagi umat manusia. Seperi pohon ara yang menunjukkan perubahan manakala musim panas segera tiba. Tanda-tanda ini harusnya ditangkap oleh manusia secara arif dan bijaksana agar manusia bisa mengantisipasi segala perubahan hidup demi kelangsungan hidup manusia itu sendiri.

Kepekaan kita pada kondisi lingkungan adalah salah satu faktor kesuksesan kita dalam menjalankan tugas dan panggilan pelayanan kita kepada dunia ini. Salah satu caranya adalah mendekati orang-orang dalam lingkungan itu melalui budaya yang ada. Pendekatan melalui kearifan budaya membuat kita lebih mudah diterima oleh masyarakat di mana kita berada. Cobalah kita renungkan, jika kita adalah pendatang baru dalam sebuah komplek tempat tinggal kita. Apakah kita selalu bersikap ramah kepada tetangga di sekitar kita walaupun kita berbeda suku, status sosial dan bahkan keyakinan iman kita?

Cobalah membuat diri kita peka dalam melihat tanda-tanda di sekitar kita, manakala kita melakukan tugas dan panggilan pelayanan kita. Melihat kebiasaan masyarakat sekitar dan membuat pola-pola pendekatan secara arif melalui budaya lokal adalah cara baik untuk berbaur dengan sesama dan menyampaikan misi pelayanan kita. Dengan cara itu juga sebenarnya kita akan dapat meraih sukses dalam melakukan kesaksian atas cinta kasih Tuhan kepada ciptaanNya. [Oka]

“Melakukan pendekatan kepada lingkungan dengan kearifan budaya lokal adalah salah satu gaya bersaksi yang mengutamakan kerendahan hati.”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak