Bacaan : 1 Petrus 4:1-6 | Nyanyian: KJ 251
Nats: “Jadi karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian -karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa.” (ayat 1)
Menjadi orang percaya itu meneladani jalan Kristus, tindakan kasihNya, kepedulian terhadap orang-orang yang dipinggirkan, termasuk jalan salib yang ditempuhNya. Persoalannya apakah kita mau meneladani jalan salibNya? Tuhan Yesus memberikan kebahagiaan kepada orang beriman dengan jalan yang tidak gampang yaitu jalan salib dan kematian, konsekwensinya para pengikut Yesus diharapkan bisa meneladaniNya.
Umat percaya mestinya menyadari konsekwensi mengikut Yesus akan menanggung dengan ikhlas semua penderitaan yang dialami, karena itu bagian dari iman. Menderita bagi kita merupakan kehormatan, kepantasan, kelayakan karena telah menerima kebaikan terlebih dahulu dari Kristus.
Selama nafas dibungkus raga, penderitaan tidak akan berhenti mengejar kita. Hidup ini sebuah perjuangan, tidak akan berhenti sampai kita mati. Penderitaan harus dikalahkan, persoalan harus dihadapi, kita tidak boleh lari dari kenyataan hidup. Kita tidak boleh menyerah.
Dalam setiap penderitaan Allah selau peduli, dalam setiap penderitaan Allah punya rencana indah, dalam setiap penderitaan Allah hadir untuk menolong. Apa respon kita? 1 Petrus 4:2 mengingatkan “Supaya waktu yang tersisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia tetapi menurut kehendak Allah.”
Di dalam Tuhan, kita mengimani ada penderitaan pasti ada jalan keluarnya. Percayalah bahwa Tuhan selalu punya pelangi untuk setiap badai, punya jawaban untuk setiap pencobaan dan hikmah di balik setiap peristiwa. Kita yakini bahwa Tuhan tidak sekali-kali melepaskan kita berjalan sendiri di tengah hutan belantara. Tuhan sekali-kali tidak akan membiarkan kita menyeberangi sungai tanpa sampai. Kita pasti bisa menyeberang ke seberang yaitu kebahagiaan. Amin. (Jian)
“Tuhan punya pelangi dalam setiap usai badai dan jawaban setiap persoalan.”