Dengan Hikmat Yang Mana Engkau Hidup? Pancaran Air Hidup 30 April 2024

30 April 2024

Bacaan: Yakobus 3 : 17 – 18  |  Pujian : KJ. 412
Nats: “Namun, hikmat yang dari atas pertama-tama murni, selanjutnya cinta damai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak, dan tulus ikhlas.” (Ayat 17)

Ketika menengok sejarah tahun 2001 silam, sebagian kita mendengar, melihat bahkan turut merasakan betapa kejam dan kejinya peristiwa konflik di Kalimantan Tengah. Seolah memang tidak ada kedamaian yang terjadi pada saat itu. Apa sebenarnya yang menyebabkan terjadinya pertikaian antar etnis tersebut? Semuanya berawal dari kesombongan, iri hati, dengki, mementingkan diri sendiri, menganggap diri paling benar, dan paling berhak. Bila hal-hal ini bermuara dalam hati manusia, maka dapat dipastikan di sana akan terjadi kekacauan, perselisihan, dan segala macam perbuatan jahat! Ditambah lagi dengan campur tangan pihak luar yang bertopeng orang berhikmat, bukannya mendamaikan tetapi justru memperkeruh suasana. Kita dapat menilai, hikmat seperti apa yang berlaku di tengah-tengah kekacauan itu.

Dalam perikop ini, Yakobus memaparkan tentang dua macam hikmat, hikmat dari dunia dan hikmat dari Allah. Perbedaan hikmat dari dunia dan dari Allah terletak pada sumber dan hasilnya. Hikmat duniawi bersumber dari hawa nafsu manusia dan setan (Ay. 15). Hasil dan buahnya tentu tidak baik, karena mendatangkan kekacauan apalagi menciptakan perselisihan, pertikaan di tengah-tengah sesama manusia. Sedangkan hikmat dari Allah bersumber dari Allah. Hasil dari hikmat Allah ditandai kemurnian hati, pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak, dan tidak munafik (Ay. 17). Hikmat Allah adalah kebenaran dan dampaknya adalah kedamaian (Ay. 18).

Nasihat Rasul Yakobus ini mengingatkan kita bahwa hikmat yang benar dan sejati dari Allah selalu membuahkan kebaikan. Hikmat yang sungguh dari Allah tidak bisa kompromi dengan dosa bahkan segala perbuatan jahat. Hikmat dari Allah orientasinya hanya untuk membangun dan memuliakan Tuhan, bukan untuk diri sendiri. Karena itu, mintalah dan milikilah hikmat Allah yang bersifat murni, pendamai, peramah, penurut, dan penuh belas kasihan. Sebab hikmat Allah akan menuntun kita memiliki cara hidup yang baik. Dengan demikian kita akan dimampukan menjadi umat pembawa damai dan kebenaran bagi kehidupan. Amin. [tMa] 

“Mintalah hikmat dari-Nya agar mampu menjalani hidup dengan segala tantangan dan pergumulannya.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak