Bacaan: Kejadian 45 : 25 – 46: 7 | Pujian: KJ 249
Nats: “Lalu kata Yusuf kepada saudara-saudaranya, “marilah dekat-dekat” lalu mendekatlah mereka, katanya lagi: “Akulah Yusuf saudaramu yang kamu jual di Mesir.” (ay. 4)
Mungkin sulit bagi seseorang bila diperlakukan tidak baik lalu harus melupakan begitu saja, harus memaafkan bahkan menolong hidupnya yang dalam kesusahan. Tidak demikan halnya dengan Yusuf yang pernah disiksa dan dijual sebagai budak di Mesir oleh saudaranya. Yusuf dengan kerendahan dan hati yang tangguh memaafkan dan berdamai dengan saudaranya pada waktu mereka bertemu di istana. Yusuf menolong dan memelihara mereka beserta Yakub ayahnya dengan penuh kasih di wilayah Mesir dengan seijin Firaun. Rencana Tuhan telah dinyatakan dengan memberi kemuliaan jabatan menguasai seluruh tanah Mesir dan diberi kuasa oleh Firaun atas kuasa di dalam kerajaan. Yusuf berpendapat bahwa dia dijual menjadi budak di Mesir tetapi itu dipakai Allah menjadi jalan untuk menuju kemuliaan sebagai tuan atas seluruh isi istana dan tanah di Mesir juga menjadi jalan seperti dijanjikan Tuhan bahwa keturunan Yakub akan menjadi bangsa yang besar.
Pengalaman ini mengajarkan kepada kita bahwa :
- Pemaafan dan perdamaian itu lebih mulia dan membawa ketenangan dari pada rasa dendam yang membawa sakit hati dan kegelisahan.
- Sesuatu kejadian pasti ada hikmahnya yang akan terjadi di kemudian hari yang dipakai Tuhan menjadi rencana yang baik.
- Perubahan karakter seseoarang dapat terjadi apabila mereka menyadari kesalahan-kesalahannya dan mempunyai kemauan memperbaikinya. Di dalam Tuhan hal yang buruk bisa berubah menjadi kebaikan.
- Pemaafan berlandaskan kasih dapat memutus rantai permusuhan dan kebencian, sebab kasih tidak memendam kesalahan orang lain.
Marilah kita memiliki dan melaksanakan karakter illahi yang telah diajarkan Tuhan Yesus Kristus yaitu untuk kasih terhadap sesama dengan tulus dan penuh penyerahan diri kepada Tuhan. (Sri)
“Kasih karunia Tuhan dilimpahkan kepada umatnya yang pemaaf dan pendamai.”