Bacaan: Ayub 4 : 1 – 21 I Pujian: KJ 332: 1
Nats: “Bukankah takutmu akan Allah yang menjadi sandaranmu, dan kesalehan hidupmu menjadi pengharapanmu?” (ayat 6)
Semua kita orang percaya pasti mengenal tokoh yang bernama Ayub ini. Ayub sering disandingkan dalam teladan kesetiaan. Orang saleh yang hidupnya dibalut dalam keprihatinan yang tak terkatakan. Dia bukan orang yang “ngundhuh wohing pakarti” (menuai buah perbuatan), penderitaan yang dialaminya memang seijin Tuhan. Kita tahu bahwa secara menyeluruh Ayub adalah sosok yang tangguh yang mampu menanggung beban hidup yang sangat berat. Tetapi sesungguhnya dalam perjalanan mengarungi penderitaannya Ayub seringkali berkeluh kesah dan bahkan sampai pada titik keputusasaan.
Dalam situasi seperti itu Ayub tidak sendirian. Tuhan menempatkan para sahabat untuk memberikan nasehat teguran dan penguatan. Elifas salah satunya, dia menyampaikan teguran yang sekiranya menguatkan dan mengingatkan jati diri Ayub sebagai sosok yang dulunya menjadi teladan bagi orang-orang di sekitarnya. Melalui Ayub tangan orang yang lemah telah dikuatkan, mereka yang jatuh telah dibangunkan dan mereka yang lemas telah dikokohkan. Elifas juga mengingatkan bahwa “Bukankah takutmu akan Allah yang menjadi sandaranmu, dan kesalehan hidupmu menjadi pengharapanmu?”
Melalui kisah ini kita dapat belajar beberapa hal penting terkait dengan penderitaan dalam kehidupan kita. Pertama, penderitaan bukan hanya diakibatkan oleh salah dan dosa kita, namun bisa jadi karena Allah mengijinkan penderitaan itu terjadi untuk menyatakan kemuliaanNya. Kedua, kita harus menentukan sikap yang tepat ketika mengalami penderitaan, yaitu menyerahkan diri kepada Tuhan, mohon kekuatan untuk mengerti makna yang terkandung didalamnya, dan memohon kekuatan untuk dapat menanggungnya. Amin (GaSa)
“Berkat Tuhan tidak hanya sebatas dari buah yang menyenangkan, namun juga pengalaman yang mendekatkan umat padaNya.”