Bacaan : Mazmur 90 : 1 – 8 | Pujian: KJ 383 : 1
Nats: “Engkaulah tempat perteduhan kami turun temurun. Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah.” [ayat 1-2]
Mazmur 90 ditulis oleh Musa pada akhir hidupnya setelah melewati semua lintasan peristiwa selama hampir 120 tahun. Ungkapan dari orang yang sudah matang karakternya, dimurnikan imannya dan mendedikasikan seluruh hidupnya memenuhi panggilan Tuhan sekaligus orang yang memiliki relasi yang akrab dengan Tuhan.
Tulisan ini dilatar belakangi oleh peristiwa kemarahan Tuhan kepada bangsa Israel yang keras kepala, tidak percaya kepada Tuhan meskipun banyak mujizat yang dialami. Ternyata bangsa Israel tidak menjadi lebih dekat kepada Tuhan, sehingga mereka tidak diperkenan masuk ke tanah kanaan. 40 tahun berputar-putar di padang gurun. Seharusnya perjalanan dari Mesir ke Kanaan cukup memakan waktu 11 hari atau paling lama 40 hari. Israel adalah bangsa yang dipilih Tuhan, tetapi mereka membuang kesempatan anugerah Tuhan. Mereka mati dalam kelimpahan berkat dan pimpinan Tuhan. Mati dengan sia-sia.
Mbagaimana kehidupan kekristenan kita? Menjadi orang Kristen sejak kecil, mengalami banyak mujizat Tuhan. Tua secara jasmani apakah mengubah kita menjadi semakin dewasa? Pemazmur menggambarkan singkatnya hidup manusia itu seperti rumput yang bertumbuh, berkembang, lalu layu. Ada yang mengatakan bahwa ini suatu perkataan dari orang-orang yang pesimis. Pemazmur juga memberikan gambaran hidup manusia kira-kira tujuh puluh atau delapan puluh tahun. Pada dasarnya pemazmur mengajak pembacanya untuk menghargai hidup yang singkat.
Berapa tahun usia yang akan diberikan Tuhan kepada kita? Bagaimana kualitas hidup dan spiritualitas kita? Apakah bertumbuh semakin dewasa? Apa yang akan kita wariskan ke anak cucu? Harta? Ilmu pengetahuan? Atau iman yang bisa diucapkan anak cucu di dalam setiap doa dan mereka rasakan bahwa Tuhan adalah tempat perteduhan mereka. [DYRA]
“Sejalan bertambahnya umur, harusnya bertumbuhlah spiritualitas.”