Bacaan : Kejadian 16:1-14 | Pujian: KJ 185
Nats: “…Engkaulah El-Roi sebab katanya bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat Aku?” (ay. 13b)
Mungkin kita jengkel melihat orang yang berhasil dalam hidupnya, kemudian menjadi sombong, kita jengkel karena dia melupakan latar belakang keberhasilannya. Ibaratnya seperti kacang lupa pada kulitnya. Lebih menyedihkan lagi jika ketika ia berhasil memandang rendah orang lain, membanggakan diri atas kesuksesannya dan pada akhirnya tidak tahu diri.
Hagar adalah contoh orang yang tidak tahu diri. Hagar mendapatkan kehormatan yang luar biasa yaitu menjadi selir Abram. Latar belakang Hagar adalah budak. Budak tidak memiliki kemerdekaan, tidak bisa hidup bebas, hidupnya sangat tergantung pada tuannya. Di konteks Mesopotamia isteri yang mandul memperbolehkan memberikan hamba perempuannya kepada suaminya agar mendapatkan anak. Anak yang lahir dari hamba tersebut secara hukum akan diakui sebagai anak dari isteri yang sah.
Hagar lupa akan kedudukannya, ketika Hagar mengandung, ia merendahkan, tidak menghargai, menghina Sarai sebagai isteri yang sah. Perilaku Hagar inilah yang memicu sakit hati Sarai sehingga terjadi ketidakdamaian dalam keluarga tersebut. Hukum Mesopotamia mengatur bahwa jika ada hamba yang tidak tahu diri dan melupakan latar belakangnya, maka bisa dikembalikan pada kedudukannya semula. Hagar pada akhirnya dikembalikan pada kedudukan semula sebagai hamba dan bahkan diusir dari rumah Abram. Walaupun diusir tetapi Allah tetap memelihara Hagar dan anaknya, Ismail. Sumur El-Roi adalah lambang pemeliharaan Hagar dan Ismail karena ke dua orang ini pernah menjadi bagian hidup Abram.
Pengaruh perkembangan zaman bisa berpengaruh pada semua lini kehidupan, termasuk tidak sedikit orang yang tidak sadar diri. Karena tidak sadar diri, maka menjadi tidak tahu diri, dan akhirnya selalu gagal menempatkan diri dengan tepat. Di tengah situasi demikian, sebagai umat percaya hendaknya kita mampu untuk mengenal diri. Rendah hati adalah kata kunci untuk umat percaya yang tahu diri. Bisa menempatkan diri dan bisa menjadi berkat juga rencana indah Allah agar kasihNya menyentuh dan membumi. (Jian)
“Orang yang berbudi selalu tahu diri.”