Bacaan: 2 Raja-raja 1:1-16. | Nyanyian: KJ 18:1, 2
Nats: “Apakah tidak ada Allah di Israel, sehingga kamu ini pergi untuk meminta petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron?” (ay. 3)
Seorang anak yang baru berumur 7 tahun bernama Angela biasa diajak berdoa oleh orang tuanya. Tiap hari, kedua orangtuanya dengan penuh ketekunan mengajarinya untuk menjumpai Allah di dalam doa. Suatu malam menjelang tidur, mereka berdoa bersama. Di akhir doanya, sang anak bertanya, “Papa, di manakah Tuhan sebenarnya berada?” Dengan susah payah sang papa menjelaskan bahwa Tuhan ada di mana-mana, bahkan di hatinya. Lalu sang anak dengan polos bertanya, “Kalau Tuhan ada di hatiku, mengapa aku harus mengatakan dan meminta banyak hal kepadaNya? Apakah Dia tidak bisa membaca saja hatiku dan Dia menjadi tahu apa yang kuingini?”
Sekalipun nampaknya sepele, namun pada kenyataannya mungkin kita perlu lagi untuk bertanya: Di manakah Tuhan dalam hidup kita? Dalam kesengsaraan karena pergumulan keluarga, di manakah Dia? Dalam penderitaan karena sakit-penyakit, di manakah Dia? Apakah Dia masih ada dalam kehidupan kita? Sebab banyak orang, merasa putus asa setelah berdoa meminta kesembuhan dan pemulihan diri namun tak mendapatinya. Banyak orang ketika memohon pencerahan dari Tuhan tetapi merasa tidak mendapatinya lalu merasa putus asa. Dan keputusasaan demi keputusasaan itu lalu melahirkan niat untuk mencari allah-allah lain demi kesembuhan dan pemulihan dirinya. Tanpa disadari, pertanyaan Malaikat Tuhan melalui Elia kepada utusan raja-raja Samaria itu menjadi pertanyaan kita bersama. Di manakah Tuhan?
Tuhan tidak ke mana-mana! Tuhan ada di sisi kita, setia selamanya. Kalau kita merasa bahwa Dia jauh dari kita, mungkin tanpa kita sadari justru kitalah yang jauh dari Dia. Kita berdoa kepadaNya, tetapi iman kita tidak mantap. Kita memohon kepadaNya, tetapi hati kita kurang pasrah. Kita berhadapan dengan Dia, tetapi hati kita galau. Kalau kita merasa Dia berdiam diri tanpa mau menjawab pergumulan dan pertanyaan kita, itu adalah karena Dia juga ingin melihat ketekunan dan kesetiaan kita menyandarkan diri kepadaNya. Dan pada saat yang tepat, untuk maksud yang sungguh indah, Dia berkarya. Sebab Dia, ada dalam hidup kita. Amin. [cahyo s]
“Tuhan ada di sini, di dalam hidup ini. Setialah!”