Buah Kejahatan

5 September 2017

Bacaan: II Samuel 11:27b – 12:15 Pujian: KJ 422:1,2,3.
Nats:
“Tetapi hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata Tuhan” (ay 27b)

Sebagai seorang nabi, Natan harus menghadapi tindak kejahatan, sekalipun hal itu dilakukan oleh raja. Natan membutuhkan keberanian, ketrampilan, dan kebijaksanaan agar ia bisa berbicara kepada Daud secara efektif, agar Raja Daud sadar akan perbuatan salahnya serta menyesalinya. Jika kita menghadapi seseorang dengan kondisi semacam itu, berdoalah memohon keberanian, ketrampilan, dan kebijaksanaan. Jika kita ingin orang itu merespon secara konstruktif, pikirkan kata-kata yang bijaksana dan cara menyampaikannya.

Daud tidak sensitif dan tidak sadar bahwa ia adalah penjahat dalam cerita atau kisah yang disampaikan oleh nabi Natan. Kualitas hukuman yang kita kenakan untuk sesama kita, seringkali merupakan kekurangan kita sendiri. Apakah kita bisa dengan mudah menyampaikan kritik dan sebaliknya menerima kritik, apalagi kalau kritik tersebut cukup keras dan pedas?

Kita butuh bantuan Allah, agar Ia menolong kita untuk bisa memahami atau mengerti perasaan-perasaan sesama dan bisa melihat kekurangan-kekurangan kita sendiri dengan lebih jelas. Mungkin kita akan menemukan, ketika kita menghakimi sesama, di saat itu juga kita menghakimi diri kita sendiri.

Daud harus menanggung buah kejahatannya sendiri. Nubuat di ayat 10-14 itu benar-benar terjadi. Karena Daud membunuh Uria dan mengambil istrinya, maka Daud menghadapi ancaman terus-menerus dalam keluarganya (13:26-30; 18:14-15; I Raja-raja 2:23-25); rakyatnya memberontak melawan dia (15:13); para istrinya diambil orang lain secara terang-terangan (16:20-23); anak pertamanya dengan Batsyeba mati (12:18). Tiga dari putra-putra Daud dibunuh, dua di antaranya oleh saudara-saudaranya sendiri. Dan di dalam pemberontakan yang terjadi, Absalom menghampiri gundik-gundik ayahnya (16:22). Konsekuensi-konsekuensi dosa Daud tidak dapat diubah. Jika Daud tahu konsekuensi pahit karena dosanya, ia mungkin tidak mengejar kesenangan sesaat. Kadang-kadang permintaan maaf tidak cukup. Jika Allah mengampuni kita dan merestorasi relasi kita dengan-Nya, Ia tidak menghapuskan semua konsekuensi perbuatan salah kita. Amin. (Esha).

 “Pesan-Nya: untuk sesamamu bersinarlah!”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak