Bacaan : Daniel 3 : 1 – 18 | Pujian: KJ 408 : 1, 2
Nats: “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu ya raja; tetapi jika tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” [ayat 17 – 18]
Apakah keyakinan itu? Keyakinan adalah persetujuan pikiran atas kebenaran „sesuatu“. „Sesuatu“ itu bisa berupa pemikiran, pernyataan, benda, manusia dan sebagainya. Bisakah keyakinan mempengaruhi tindakan seseorang? Jawabannya: tentu saja bisa. Keyakinan bisa menggerakkan orang melakukan tindakan-tindakan tertentu yang masuk di akal maupun yang tidak masuk di akal. Apakah sebuah keyakinan adalah sebuah kebenaran? Bagi pribadi yang meyakininya, maka sebuah keyakinan adalah kebenaran. Tetapi bagi mereka yang tidak meyakininya, sebuah keyakinan tertentu bukanlah kebenaran.
Keyakinan memang bisa benar dan bisa salah. Ada contoh yang bisa menggambarkannya: pada zaman dahulu orang berkeyakinan bahwa bumi adalah pusat tata surya. Namun saat ini diketahui bahwa keyakinan tersebut keliru. Penelitian membuktikan bahwa pusat tata surya adalah matahari dan bukan bumi.
Kebenaran faktual yang didapat melalui penelitian memang bisa dipakai sebagai cara untuk membuktikan apakah sebuah keyakinan ternyata benar atau salah. Namun demikian, dalam hal keyakinan agama atau kepercayaan spiritual, kebenaran faktual tidaklah menjadi syarat utama terbentuknya keyakinan seseorang. Keyakinan agama atau kepercayaan spiritual berkaitan dengan rasa.
Bagi Sadrakh, Mesakh dan Abednego, patung emas sama sekali tidak layak untuk disembah. Mereka meyakini, Allah sajalah yang layak untuk disembah. Ancaman dibakar hidup-hidup dari Nebukadnezar membuat mereka bergeming dan tetap tidak bersedia menyembah patung emas tersebut. Bahkan jika Allah tidak menolong mereka lepas dari hukuman Nebukadnezar sekalipun, mereka tetap akan menolak menyembah patung emas tersebut.
Bagaimana dengan kita? Mampukah kita tetap berdiri kokoh dalam keyakinan kita ketika ada dalam situasi seberat Sadrakh, Mesakh dan Abednego? [Dn]
“Tuhan, teguhkanlah keyakinanku, hapuskanlah kebimbanganku!”