Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “Khalwat” berarti pengasingkan diri untuk menenangkan pikiran dan mencari ketenangan batin. Khalwat juga bertujuan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
Khalwat Pendeta adalah program baru di GKJW / IPTh. Balewiiyata (baru diadakan pada tahun 2018). Program ini merupakan “buah” dari program Sabbatical Year Pendeta GKJW yang berlangsung antara tahun 2012 sampai 2015. Tahun ini, IPTh. Balewiyata melaksanakan 8 gelombang khalwat pendeta. Tiap gelombang berlangsung selama 6 hari.
Khalwat perlu diambil dan dilaksanakan oleh semua Pendeta GKJW mengingat tingginya dinamika dan pergumulan pelayanan. Rutinitas pelayanan bisa membuat Pendeta GKJW jenuh, lesu spiritual bahkan melemahkan semangat untuk berolah teologi. Lesunya spiritualitas dan stagnantnya teologi akan membuat kwalitas pelayanan seorang pendeta tidak berkembang.
Jika demikian, kegiatan pelayanan yang dilakukan akan menjadi tidak lebih dari sekedar memenuhi kewajiban saja. Padahal kegiatan pelayanan seharusnya dilakukan dengan semangat untuk selalu menghadirkan kasih, karya dan kuasa Tuhan serta mewujudkan kehendakNya secara nyata dalam konteks yang aktual.
Karena itu, semua Pendeta GKJW perlu mengambil waktu khusus untuk mengasingkan diri dari segala macam kegiatan dan tugas pelayanan sehari-hari, bahkan dari keluarga. Khalwat ini perlu diambil oleh setiap Pendeta setidaknya 4 tahun sekali dalam sepanjang tugas pelayanannya. Dengan demikian diharapkan spiritualitas dan wawasan teologi semua Pendeta GKJW terus-menerus disegarkan dan ditingkatkan.
Khalwat ini dilaksanakan dengan maksud untuk menyegarkan kembali dan semakin memantapkan spiritualitas Pendeta. Kelekatan diri Pendeta dengan Tuhan (makna spiritualitas) akan dibangun dalam khalwat ini.Dalam kelekatan diri dengan Tuhan itulah ketaatan total seorang hamba dan semangat kerja seorang pelayan akan terbangun. Rasul Paulus mengatakan hal itu ibarat “mengosongkan diri” seperti Kristus (Flp. 2:7).
Dalam khalwat ini juga didorong terjadinya penajaman refleksi teologis Pendeta. Pengenalan akan Tuhan dan pemahaman akan kehendakNya didorong untuk diperluas dalam khalwat ini.
Untuk itu, peserta akan melakukan identifikasi diri secara pribadi dan terbuka di hadapan Tuhan untuk menemukan kekurangan dan kelemahan diri pribadi. Kekurangan dan kelemahan diri ini terutama adalah yang terbaru (1-3 tahun terakhir ini), bukan karakter yang sudah mendasar dan terbentuk bertahun-tahun lamanya.
Identifikasi diri ini bisa tidak mudah. Namun upaya ini bisa dilakukan dengan mengingat kritik, nasehat, masukan atau cerita yang diterimanya dari segala pihak, mulai dari anak, pasangan hidup, rekan pelayanan, lembaga (PHMJ, PHMD, dsb), dari warga jemaat ataupun tetangga. Usaha untuk mengeliminasi kekurangan dan kelemahan diri dilakukan dengan membaca buku yang terkait serta mencari kehendak Tuhan melalui perenungan sabdaNya dalam ibadah pagi, siang dan malam.
Setiap ibadah dipimpin oleh peserta, kecuali Ibadah Pembukaan. Setiap renungan berorientasi pada diri sendiri sebagai pendeta, tidak berorientasi pada pendengar. Ibadah pagi adalah ibadah singkat seperti biasa. Ibadah siang lebih mendekati Ibadah Oratorium (banyak nyanyian dan puisi). Sedangkan Ibadah malam adalah ibadah meditatif (pelayan duduk bersama dengan umat dan sesedikit mungkin berbicara).
Berikutnya, peserta akan berefleksi untuk menemukan minat teologisnya yang aktual. Untuk memperluas pemahaman teologisnya itu peserta juga akan membaca buku yang terkait. Buku-buku yang terkait bisa didapat dari yang dibawa peserta sendiri, di perpustakaan Balewiyata atau akan dibelikan dari toko buku.
Agar berbuah, setiap peserta akan menuangkan refleksi dirinya secara teologis sesuai dengan talenta, kesukaan atau keinginannya masing-masing. Penuangan hasil refleksi itu bisa dilakukan dengan menciptakan lagu baru, melukis gambar, membuat ukiran, membuat karya foto, klip, video, menulis artikel, puisi, narasi, naskah drama atau tulisan bentuk lain.
Penuangan hasil refleksi ini didasarkan pada penemuan identifikasi diri dan penajaman minat teologi yang didapatkan. Supaya dapat dimengerti oleh orang lain, maka tuangan hasil refleksi diri yang tidak berupa tulisan artikel -seperti lagu, gambar, puisi, ukiran, foto, klip- harus diberi deskripsi maknanya. Yang paling akhir, hasil refleksi yang dituangkan itu akan dipresentasikan di depan kelas.
Dari latar belakang, tujuan dan segala kegiatan yang diuraikan di atas diketahui bahwa khalwat ini sifatnya private, pribadi. Karena itu, tidak tersedia kesempatan untuk sharing alias ngobrol dengan siapapun. Bahkan diharapkan setiap peserta bisa membatasi diri dalam menggunakan gadget untuk berkomunikasi. Kebersamaan dan kesempatan sedikit ngobrol tersedia pada saat-saat ibadah bersama, makan bersama dan presentasi hasil refleksi.
Makan pun -setidaknya sekali sehari- dilakukan in silence (tanpa berbicara). Dalam cara makan seperti ini peserta diharapkan dapat benar-benar melihat dan merasakan makanan dan minuman sebagai berkat Tuhan. Diharapkan juga peserta mengingat para petani, peternak dan nelayan yang bekerja keras setiap hari bahkan sampai bertaruh nyawa, yang melalui mereka kita mendapatkan makanan.
Untuk berefleksi dengan segala sesuatu -dalam membangun spiritualitas- menu makanan yang disajikan bagi peserta adalah makanan yang sangat sederhana. Dengan kesederhanaan menu itu diharapkan peserta mengingat mereka yang kelaparan dan berjuang keras untuk mendapatkan makanan. Diharapkan juga peserta belajar untuk hidup secukupnya dan belajar merasakan bahkan menikmati apa yang tidak disukai dan yang “tidak nikmat”.
Dalam refleksi dengan alam peserta diharapkan bisa mengenali diri manusia dan mendapatkan pelajaran berharga dari alam ciptaan Tuhan. Berefleksi dengan alam dilakukan oleh semua peserta setidaknya sekali selama khalwat, namun juga baik dilakukan setiap hari.